NOVA.id - Di sekitar kita, banyak produk pembersih area kewanitaan yang mengklaim mampu menghilangkan bau tak sedap pada vagina.
Namun, sebenarnya apakah normal miss v atau vagina memiliki aroma tertentu?
Untuk diketahui, aroma vagina atau aroma miss v dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kebersihan.
Selangkangan yang mengandung kumpulan kelenjar keringat juga bisa membuat miss v memiliki bau.
Dr. Mary Jane Minkin yang lebih dari 30 tahun berpengalaman di bidang kesehatan wanita mengatakan, ada beberapa jenis aroma vagina. Mau tahu apa saja? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Aroma asam
Aroma asam pada vagina, seperti makanan yang difermentasi, adalah hal yang sangat umum terjadi.
Faktanya, makanan yang difermentasi, seperti yogurt, mengandung jenis bakteri baik yakni Lactobacilli. Bakteri itu juga ada pada vagina yang sehat.
“Bakteri Lactobacilli membuat vagina tetap asam. Ini melindungi vagina terhadap pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri jahat," kata Minkin.
Baca Juga: Rambut Kemaluan Lebat Berpotensi Bikin Miss V Berbau Tak Sedap?
2. Aroma tembaga
Sebagian perempuan mungkin pernah mendapati adanya aroma tembaga atau logam pada vagina.
Jika Sahabat NOVA pernah mengalaminya, tidak perlu khawatir karena kondisi ini jarang menandakan masalah serius.
Aroma logam pada vagina ini berasal dari darah menstruasi atau pendarahan ringan akibat hubungan seks.
Namun, jika Sahabat NOVA mengalami pendarahan yang tidak terkait dengan menstruasi atau bau logam disertai dengan gatal dan keluarnya cairan, sebaiknya temui dokter.
3. Aroma manis
Aroma manis pada vagina tidak sama seperti aroma kue yang baru dipanggang. Bau yang dimaksud adalah aroma manis yang kuat seperti molases.
Penyebab aroma manis pada vagina bisa berasal dari bakteri.
Vagina merupakan ekosistem bakteri yang selalu berubah. Dan terkadang, hal ini dapat menimbulkan aroma manis.
Baca Juga: Penting! Apakah Bau Miss V Bisa Hilang dengan Sabun Kewanitaan?
4. Aroma amonia
Aroma vagina yang mirip dengan pemutih atau amonia bisa menjadi tanda masalah kesehatan.
Terkadang, bau amonia pada vagina ini membutuhkan penanganan lebih lanjut oleh dokter.
Penyebab pertama aroma ini adalah karena urine yang mengandung produk sampingan berupa amonia yang disebut urea. Perlu diingat, urin yang berbau amonia merupakan tanda dehidrasi.
Penyebab kedua adalah karena bakteri vaginosis. Vaginosis bakterialis adalah infeksi yang sangat umum. Gejalanya meliputi: bau busuk atau amis, gatal, rasa terbakar saat buang air kecil, dan keputihan.
5. Aroma asap
Stres emosional bisa menyebabkan aroma asap pada vagina.
Tubuh mengandung dua jenis kelenjar keringat, apokrin dan ekrin. Kelenjar ekrin menghasilkan keringat untuk mendinginkan tubuh dan kelenjar apokrin merespons emosi kita.
Saat kita stres atau cemas, kelenjar apokrin menghasilkan cairan seperti susu yang tidak berbau. Tetapi ketika cairan ini bersentuhan dengan banyak bakteri vagina di vulva, itu bisa menghasilkan aroma yang menyengat.
Baca Juga: Kerap Disepelekan, Ini Cara Merawat dan Masa Pakai Celana Dalam
6. Aroma amis
Aroma amis pada vagina yang dimaksud bukanlah bau amis seperti ikan segar.
Yang dimaksud di sini adalah bau amis dari ikan yang membusuk.
Salah satu penyebabnya adalah trikomoniasis, infeksi menular seksual yang paling umum dapat disembuhkan dan mudah diobati dengan antibiotik.
Dalam kasus yang jarang terjadi, bau amis merupakan indikasi kondisi yang lebih serius.
7. Aroma busuk
Vagina juga bisa beraroma busuk seperti bangkai.
Biasanya, bau tersebut disebabkan oleh kebiasaan kebersihan yang buruk.
Misalnya, membiarkan tampon berhari-hari di dalam vagina bisa menyebabkan bau busuk tersebut.
Baca Juga: Mengenal Vagina Piercing, Bisa Berisiko Kena IMS Hingga HIV/AIDS
View this post on Instagram
Kapan Harus ke Dokter?
Secara umum, bau yang tidak normal seharusnya mudah dikenali.
Jika ada penyebab yang serius, seringkali gejala lain akan muncul bersamaan dengan baunya.
Temui dokter jika bau disertai dengan:
Baca Juga: Bahaya, Jarang Foreplay Sebelum Hubungan Intim Bisa Bikin Miss V Kering
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR