Sementara itu toxic positivity adalah sikap positif yang terlalu dipaksakan dan berlebihan yang berfokus pada perasaan bahagia dan optimis dalam semua situasi.
Pada prosesnya, sikap toxic positivity ini membuat kita menyangkal (denial), meminimasi (pengalaman negatif), dan tidak memvalidasi pengalaman emosional manusia yang asli, yang kadang merasa positif dan kadang merasa negatif.
Lebih lanjut, Hasan mengatakan, banyak konsep tentang positivitas yang mungkin tidak benar dan malah kontraproduktif.
Di sinilah kita dituntut untuk belajar berpikir kritis, di mana kekritisan yang benar itu datangnya hanya dari kematangan mental seseorang.
"Jika tidak bisa berpikir dengan baik, kemungkinan kena masalah mental (over thinking) karena tidak punya framework berpikir yang baik. Di sinilah pentingnya healthy negativity," jelas Hasan.
Hasan mengatakan, dengan belajar menerima emosi negatif, dapat membantu kita terhindar dari banyak malapetaka yang tidak perlu.
Selain itu, Hasan juga menyebut bahwa negatifitas juga memiliki manfaat yang baik untuk hidup kita.
Baca Juga: 5 Tanda Kamu adalah Orang yang Toxic, Yuk Coba Introspeksi Diri!
View this post on Instagram
"Jadi orang yang menyenangkan & selalu positif memang baik, tapi tetap utamakan rasionalitas saat membuat keputusan. Sedangkan negativitas tidak sepenuhnya buruk dan harus dihindari dalam semua situasi."
"Negatifitas punya peran untuk survival manusia, yaitu untuk mendeteksi sedini mungkin potensi masalah-masalah yang akan muncul di masa yang akan datang. Dengan demikian, kita tidak akan mudah tertipu dan tersakiti," tambah Hasan.
Sebagi informasi, webinar ini merupakan kali kedua yang digelar oleh Forum Milenial MADJOE, forum yang diinisiasi oleh Ira Koesno dan Tim irakoesnocommunications (IKComm).
KOMENTAR