NOVA.id - Belum lama ini diberitakan seorang istri mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) usai menegur suaminya yang gemar menonton video dewasa.
Tanpa membenarkan perilaku suami yang melakukan kekerasan, lantas bagaimana, sih, sebaiknya kita bereaksi saat memergoki atau mengetahui jika pasangan kita suka mengonsumsi film-film seperti itu?
Banyak orang menganggap itu hal lumrah untuk laki-laki, namun tidak sedikit juga yang menganggapnya tidak wajar.
Menurut psikolog Pamela Anggia Dewi, S.Psi., M.Psi., jika hal tersebut dilakukan terus-menerus tentu sudah bukan perilaku yang wajar, karena bisa menjadi candu dan tentu saja hal tersebut tidak baik. Terlebih jika sudah dalam konteks pernikahan.
Baca Juga: Tidak Mudah, Begini Tips Melepaskan Diri dari Pasangan yang Abusive
Sebagai istri, wajar saja bila saat mengetahui kebiasaan pasangan seperti itu, perasaan kita akan campur aduk tidak karuan, marah, merasa tidak dihargai, syok, bahkan merasa insecure. Jadi, kita harus bagaimana?
Validasi Emosi
Sangat tidak mudah memang menghadapi hal ini. Namun sebisa mungkin jangan langsung terburu-buru terbawa emosi.
“Pertama, tahan dulu reaksi emosi kita, belajar untuk tidak langsung bereaksi terhadap reaksi emosi yang dimiliki,” kata Pamela atau yang biasa disapa Lala.
Selanjutnya kita dapat menarik diri sejenak, untuk kemudian mengakui dan memeluk berbagai macam perasaan yang ada, baik kecewa, marah, syok, dan sebagainya.
Baca Juga: Tips Pintar Atur Emosi Menghadapi Pasangan yang Suka Berbohong
Ajak Suami Bicara
Jika dirasa kita sudah cukup bisa menenangkan diri sendiri dan sudah bisa menerima semua reaksi perasaan yang muncul, barulah ajak pasangan untuk berbicara dari hati ke hati.
Tanyakan hal apa yang ingin kita tanyakan, misalnya alasan kenapa dan mengapa pasangan melakukan hal tersebut.
Pastikan kita dan pasangan sama-sama dalam kondisi yang baik, sehingga penting untuk mencari waktu yang tepat.
Selain itu, hindari untuk menghakimi pasangan. Cobalah sebisa mungkin untuk terlebih dahulu mendengarkan pasangan tanpa memberikan judgement apa pun.
Baca Juga: Melaporkan Pasangan KDRT Bukan Aib, Kapan Korban Harus Bicara?
“Termasuk kita perlu juga sadar memerhatikan sikap gestur tubuh, ekspresi wajah, ketika mendengarkan. Karena pasangan bisa menangkap perasaan tersebut. Sehingga jangan sampai pasangan merasa tertuduh, karena akan menjadi bumerang untuk kita,” jelas Lala.
Utarakan apa yang kita rasakan dan harapkan kepada pasangan soal relasi seksual bahkan relasi dalam perkawinan ke depannya.
Luka Emosional
Yang juga perlu kita lakukan adalah terus bagun komunikasi dari hati ke hati dengannya, baik sekadar bercerita tentang masa kecil, masa lalu yang menyakitkan dan menyenangkan, obrolan apa pun yang hanya tentang kita dan pasangan—bukan soal kerjaan, apalagi berita yang sedang viral.
Baca Juga: Pernah Selingkuh tapi Tidak Ketahuan, Perlukah Jujur pada Pasangan?
View this post on Instagram
Pasalnya kata Lala, kecanduan dalam bentuk apa pun biasanya erat kaitannya dengan trauma khususnya luka emosional.
Seperti pengalaman-pengalaman yang memberikan rasa pahit, menimbulkan kesedihan yang mendalam, rasa kehilangan, atau kesepian.
“Luka emosional dalam hal kedekatan emosional dengan signifikan person di masa lalunya. Misalnya dengan orang tua, atau figur-figur dewasa yang dianggap sebagai orang signifikan dengan dia,” ujar Lala.
Dengan banyak melakukan komunikasi dari hati ke hati, diharapkan mampu membangun kedekatan emosional sehingga kemudian bisa sama-sama memperbarui relasi dalam pernikahan tersebut, termasuk di dalamnya soal hubungan intim.
Baca Juga: Mengenal Sexual Anxiety, Bukan Penyakit tapi Bisa Timbulkan Masalah
Tips Bantu Pasangan yang Kecanduan Video Dewasa:
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR