NOVA.id - Industri pakaian merupakan penyumbang limbah terbesar kedua di dunia.
Jutaan pohon ditebang setiap tahunnya untuk memproduksi tekstil dan puluhan ton tekstil berujung menjadi limbah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dari banyaknya pakaian bekas yang menjadi limbah, hanya seperempat di antaranya didaur ulang dan didonasikan.
Pola yang dibiarkan berkepanjangan telah menyumbangkan emisi karbon dalam jumlah yang tidak sedikit untuk bumi ini.
Kekhawatiran terhadap isu ini kemudian membawa Setali untuk bergerak mengurangi jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh limbah pakaian dengan cara yang menarik.
Sebagai sebuah gerakan sosial yang berfokus pada problematika limbah pakaian dan lingkungan, Setali memberi kehidupan baru untuk pakaian bekas dan limbah tekstil yang ditolak atau tidak terjual dengan mengubahnya menjadi sebuah kreasi yang menginspirasi.
Istilah slow fashion dan upcycle menjadi prinsip utama yang dibawa Setali dalam menghasilkan tiap kreasinya.
Selain bertujuan untuk mengolah limbah pakaian, Setali juga berupaya untuk meningkatkan mata pencaharian orang-orang yang turut membantu produksi dan pengolahan limbah pakaian tersebut.
Setiap orang dapat berkontribusi dengan menyumbangkan pakaian bekas mereka yang kemudian dapat digantikan oleh barang daur ulang yang lain.
Baca Juga: Plasticpay: Sambil Jaga Lingkungan Dapet Cuan, Tukar Sampah Plastik dengan Saldo E-Wallet
View this post on Instagram
Andien Aisyah, salah satu pendiri dari Setali, menyampaikan, "Setiap pembelian hasil produk daur ulang akan dimanfaatkan untuk memberdayakan para pengrajin lokal dan komunitas penjahit lewat pelatihan dan berbagai kegiatan peningkatan keterampilan."
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR