Alumni Sekolah Islam Al Azhar (ASIA), sebagai organisasi yang mengambil peran aktif dengan mengisi posisi sebagai mitra para orangtua dalam implementasi pengasuhan digital ini, melalui aplikasi digital prenting RUANG ORTU by ASIA, bersama-sama para orangtua ikut mengawasi kegiatan digital anak.
Di lain sisi, ASIA juga mengembangkan konten, program untuk tumbuh kembang anak, serta berbagai tips khas ASIA dari psikiater dan ahli agama.
"Saya menghadirkan aplikasi Ruang Ortu by ASIA yang dikembangkan oleh ASIA-EDU. ASIA-EDU merupakan salah satu komunitas dari ASIA yang peduli terhadap dunia pendidikan dan tumbuh kembang anak" jelas Ketua Umum ASIA Mohammad Ilham Anwar, Jumat (24/6), di Jakarta.
"Aplikasi ini meniadakan batasan waktu dan tempat bagi orangtua dalam berkomunikasi dan mengawasi aktivitas anak, baik saat ini maupun dalam rentang waktu sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, orangtua juga mengarahkan anak untuk lebih banyak menambah wawasan dan belajar hal-hal positif melalui konten-konten bimbingan, keagamaan, pembelajaran, dan lainnya, yang tersedia di dalam aplikasi," Ilham, menambahkan.
Sementara, Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar mendukung dengan adanya aplikasi RUANG ORTU by ASIA.
Selaku pemangku kepentingan dari sekolah-sekolah Islam Al Azhar, YPI Al Azhar berharap agar aplikasi ini bisa menjadi benteng bagi umat dalam melindungi generasi-generasi yang sedang berhadapan dengan kemajuan teknologi digital ini.
"Sekolah Islam Al Azhar sebagai salah satu penggerak digitalisasi sekolah sangat terbantukan. Al Azhar mengikuti perkembangan zaman terutama di bidang teknologi digital. Adanya aplikasi ini juga bisa menjadi pendukung yang bermanfaat bagi kemajuan Al Azhar," ujar Ketua Umum YPI Al Azhar M Suhadi.
DEF GHI, selaku pengembang aplikasi menyatakan, RUANG ORTU by ASIA merupakan solusi dalam pemanfaatan teknologi bagi orangtua begitu pun anak.
Aplikasi ini adalah jembatan penghubung antara model pengasuhan konvensional dan model pengasuhan digital.
"Ide aplikasi ini berangkat dari pengalaman pribadi kami sebagai orangtua dalam mengawasi anak dalam penggunaan gadget anak, namun yang beredar dipasar aplikasi saat ini belum ada yang asli Indonesia dan sesuai dengan budaya Indonesia.
Maka, DEF GHI sebagai pengembang aplikasi mobile, berkolaborasi dengan ASIA, merancang dan mengembangkan aplikasi digital parenting, dengan ASIA sebagai mitra asuh," jelas Direktur DEF GHI Rafik Ahmad.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati menyatakan, hasil kajian dan telaah KPAI pada tahun 2020 menunjukkan, negara belum optimal dalam hal memampukan orangtua agar cakap mengasuh sebagaimana mandat Konvensi Hak Anak, dan hal ini berdampak menyeluruh bagi tumbuh kembang anak.
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR