NOVA.id - Olahraga bulu tangkis termasuk kategori olahraga high impact dengan gerakan yang dinamis, yang merupakan kombinasi antara reli-reli pendek dan reli-reli panjang.
Karenanya, pemain bulu tangkis membutuhkan kebugaran aerobik atau kebugaran kardiorespirasi untuk dapat bermain bulu tangkis dengan durasi permainan 3 set.
Tak hanya itu, pemain bulu tangkis juga memerlukan kecepatan, tenaga atau power, serta kelincahan yang cukup baik.
Misalnya, pada gerakan melompat saat jumping smash, gerakan lunges saat melakukan gerakan netting, gerakan drop shot, gerakan yang cepat dan mengubah arah saat defence, serta gerakan lainnya.
"Pemain bulu tangkis membutuhkan stamina yang kuat, kelincahan, kecepatan, ketepatan, kekuatan otot, dan koordinasi motorik sendi dan otot yang baik," kata Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Baca Juga: Catat! Ini 6 Cedera yang Bisa Terjadi saat Olahraga Bulu Tangkis
Olahraga ini dipenuhi gerakan kompleks sesuai dengan tempo permainannya. Itulah mengapa jika tidak berhati-hati, cedera otot, sendi, ligamen, hingga tendon rentan terjadi ketika bermain bulu tangkis.
Cedera ketika bermain bulu tangkis dapat dicegah dengan beberapa cara yang mudah, antara lain:
1. Melakukan pemanasan dan pendinginan yang tepat
Mempersiapkan tubuh berolahraga dan beradaptasi dengan intensitas permainan adalah cara terbaik untuk mencegah cedera
2. Latihan kekuatan otot dan latihan fleksibilitas
Berdasarkan karakteristik gerakan olahraga bulu tangkis yang merupakan olahraga high impact, penting sekali seorang pemain bulu tangkis mempunyai kekuatan otot dan fleksibilitas yang baik untuk mencegah terjadinya cedera.
Baca Juga: Ibu Perlu Tahu, Inilah Risiko Fatal Sunat Laser yang Belum Banyak Diketahui
3. Pemilihan sepatu yang tepat
Sepatu bulu tangkis secara khusus dibuat untuk meredam guncangan sehingga dapat mencegah cedera pada tempurung lutut dan tulang kering.
Sepatu yang dipilih juga sebaiknya cukup ringan dengan cushion yang baik untuk dapat melindungi ankle, dan juga memiliki sol anti selip untuk mencegah jatuh karena terpeleset.
4. Pemilihan raket yang tepat.
5. Berat raket. Sesuaikan raket dengan kemampuan dan fisik tubuh. Raket dengan berat ringan dapat mengurangi risiko cedera bahu
6. Ukuran grip Grip yang terlalu kecil menyebabkan pemain harus menggenggam lebih keras dan meningkatkan strain pada otot sekitar pergelangan tangan.
Baca Juga: Duduk di Kursi Roda, Putri Annisa Pohan Alami Cidera Patah Tulang
Sedangkan grip yang terlalu besar juga membuat pemain tidak leluasa menggerakkan raket.
7.Tension dari senar dan jenis senar
8. Intensitas permainan, sesuaikan dengan kondisi kesehatan dan usia
9. Melakukan rehabilitasi cedera olahraga sampai tuntas untuk meminimalisir cedera berulang adalah cara pencegahan sekunder yang sangat baik
Penanganan cedera dengan teknologi medis terkini
Cedera olahraga akibat bermain bulu tangkis dapat ditangani dengan tindakan non-operatif maupun operatif.
1. Non-operatif
Untuk menangani cedera yang tidak memerlukan operasi, serta upaya proses pemulihan pasca operasi, dokter spesialis kedokteran olahraga akan melakukan evaluasi untuk kemudian merancang program recovery yang sesuai dengan kondisi pasien.
Baca Juga: Cara Memilih Sepatu Olahraga yang Tepat Untuk Menghindari Cedera
Menurut Antonius "Biasanya diperlukan sesi menggunakan teknologi medis dalam periode cedera akut dan sesi exercise untuk membantu memulihkan otot dan sendi yang cedera dan agar pasien dapat kembali berolahraga dan beraktivitas kembali pasca cedera."
Adapun beberapa teknologi medis untuk penanganan cedera antara lain:
Prosedur terapi dingin yang dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut ataupun rehabilitasi cedera. Metode ini biasa dilakukan setelah operasi atau rekonstruksi sendi, karena dapat membantu mengurangi cedera secara efektif.
Misalnya pada penanganan pergeseran tulang, patah tulang, memar, keseleo, dan lainnya. Sesi perawatan rata-rata per pasien berlangsung hanya 1-2 menit, tergantung klinis dan target terapi serta instruksi dokter yang merawat.
Baca Juga: Tips Aman Bersepeda Agar Terhindar dari Cedera Cyclist’s Palsy
Metode penanganan non-invasif yang melibatkan arus listrik bertegangan rendah. Anggota tubuh yang terasa nyeri akan dialiri impuls listrik yang menjalar pada serabut saraf, sehingga membantu mengurangi kepekaan terhadap rasa nyeri/sakit. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit.
Metode pengobatan dengan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera. Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan, sehingga mampu mendorong penyembuhan pada jaringan lunak dengan meningkatkan metabolisme pada tingkat sel.
"Metode ini berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya,' jelas Antonius.
Baca Juga: Tips untuk Cegah Cedera Saat Olahraga, Pastikan Hal Ini Terpenuhi!
View this post on Instagram
Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, strain, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal. Untuk jaringan parut, pembengkakan, dan carpal tunnel syndrome, ultrasound mekanis dapat bekerja lebih baik.
Waktu perawatan tergantung pada ukuran area yang dirawat, frekuensi dan intensitas yang digunakan (5-15 menit).
Tujuan dari program rehabilitasi adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau. Rehabilitasi harus dimulai sesegera mungkin (setelah fase peradangan awal – 72 jam).
Dalam tahapan ini, dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi, latihan memperkuat otot, hingga latihan keseimbangan.
Baca Juga: Mengenal Cyclist's Palsy, Cedera yang Kerap Dialami Pesepeda
2. Tindakan operatif
Pada penanganan cedera olahraga yang membutuhkan tindakan operasi, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi yang ahli dan berpengalaman dalam teknik minimal invasive akan menggunakan arthroskopi dengan sayatan minimal, sehingga pasien dapat pulih lebih cepat dibandingkan dengan operasi konvensional.
Teknologi medis penanganan cedera ini sudah tersedia di Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Sebagai center of excellence terbaru di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, klinik ini dilengkapi dengan berbagai alat exercise dan rehabilitasi cedera yang canggih dan terbaru dari Techno Gym demi menghadirkan layanan komprehensif dan terintegrasi bagi para sport enthusiast dan atlet olahraga.
Baca Juga: Rekomendasi Isi Kotak Pertolongan Pertama, Wajib Punya di Rumah!
Mulai dari penanganan dan pemulihan cedera, peningkatan performa olahraga, hingga pendampingan olahraga khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR