Dan nantinya, zat aktif yang dihasilkan dari bakteri baik itu mampu dipakai otak untuk ikut berkembang juga.
“Tempe baik karena selain bisa jadi prebiotic, (tempe) juga ada fermentasinya jadi probiotik,” ucapnya.
Meski begitu, agar tak kehilangan nutrisinya, dr. Ray mengingatkan agar pengolahan tempe sendiri sebaiknya direbus atau dibacem saja. Kurangi digoreng, ya.
Lantas, sepakat dengan pernyataan dr. Ray, Ahli teknologi pangan Hindah Muaris yang juga hadir di lokasi menuturkan, bahwa meski kini tak ada makanan dengan istilah superfood, namun khusus untuk tempe dia menobatkan makanan tradisional ini sebagai superfoodnya Indonesia.
Namun tentu tak hanya tempe, Hindah menuturkan banyak makanan tradisional lain yang mampu mencegah stunting anak di Indonesia, tanpa perlu merogoh kocek mahal.
“Anak-anak sekarang sudah malas mending beli online, padahal contoh yang paling sepele dari makanan tradisional (yang kaya nutrisi) itu sayur lodeh.”
“Itu bisa dibuat sangat bergizi dengan lima warna, warna pada sayur ini mempengaruhi zat aktif pada pangan tersebut,” jelasnya lagi.
Baca Juga: Menu Praktis untuk Buka Puasa: Oseng Tempe Ayam Suwir Jadi Teman Nasi Hangat
Lihat postingan ini di Instagram
Sekadar informasi, Indonesia sampai saat ini masih darurat permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia yakni stunting.
Meskipun angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun menjadi 24,4 persen pada tahun 2021 dari 26,92 persen di 2022, fakta tersebut masih dinilai cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar WHO yaitu tidak lebih dari 20 persen.
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR