NOVA.id - Pada Kamis (20/10), Perdana Menteri Inggris (PM Inggris) Liz Truss resmi mengundurkan diri.
Keputusan ini diambil Truss setelah hanya 6 minggu menjabat sebagai Perdana Menteri.
Penyebab Liz Truss mengundurkan diri diyakini karena Menteri Keuangan barunya, Jeremy Hunt, membatalkan hampir semua agenda ekonomi yang dia usulkan.
Melansir KompasTV, kebijakan Truss yang menginginkan pajak rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, justru menyebabkan krisis Inggris semakin parah.
Kantor Statistik Nasional (ONS) menyatakan inflasi Inggris pada September lalu mencapai rekor tertinggi dalam 40 tahun.
Inflasi tahunan Inggris tercatat sebesar 10,1 persen dibanding September 2021.
Angka ini meningkat dari catatan 9,9 persen pada Agustus lalu.
Lonjakan inflasi terjadi lantaran kenaikan harga pangan dan energi. Khusus makanan, inflasi nya mencapai 14,6 persen secara tahunan.
Hal ini berdampak pada kenaikan harga-harga di Inggris terjadi padahal pertumbuhan upah terus menurun.
Antara Juni-Agustus, upah di Inggris rata-rata turun 2,9 persen.
Penurunan upah juga disertai oleh gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) baik oleh perusahaan swasta dan perusahaan milik negara.
View this post on Instagram
Krisis biaya hidup di Inggris makin menggila menjelang masuk musim dingin.
Pasalnya ada pembatasan ekspor gas alam cair yang dilakukan Rusia terhadap negara-negara di Eropa.
PM Liz Truss juga 'meninggalkan' Inggris saat warganya menderita karena harga gas yang meroket.
Hal itu membuat tagihan listrik membengkak, sehingga warga Inggris kebingungan mencari tambahan karena biaya hidup lainnya juga naik.
Berbagai masalah ini akhirnya menekan Truss untuk turun dari jabatan pemimpin pemerintahan negara monarki tersebut.
Saat kampanye, Liz Truss menjanjikan pemotongan pajak radikal dan pengeluaran tinggi untuk mengekang harga energi.
Rencananya sedikit banyak meniru langkah yang diambil panutannya, mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher dan mantan Presiden AS Ronald Reagan, yang pada 1980-an berhasil menerapkan pajak yang lebih rendah, terutama untuk orang kaya, dan mendorong investasi.
Truss pun meyakini pajak yang lebih rendah menguntungkan kelompok pendapatan yang lebih rendah, sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang substansial.
Namun tampaknya keadaan yang sangat berbeda terjadi di Inggris sekarang.
Baca Juga: Profil Raja Charles III, Mantan Suami Putri Diana yang Kini Jadi Penerus Takhta Ratu Elizabeth II
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com,KompasTV |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR