View this post on Instagram
Organisasi yang bergerak netral tersebut mulai bergerak secara "galak", salah satunya terhadap adanya poligami dan pernikahan dini.
Perempuan harus bebas untuk mengatur hidupnya tanpa harus dikuasai oleh suami.
Selain itu, pernikahan dini juga berdampak kurang baik dalam kesehatan istri.
Pada kongres II, Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) pada 20-24 Juli 1935, Organisasi Istri Sedar menyatakan keluar dari Kongres.
Hal ini karena perbedaan pandangan yang mengakibatkan perselisihan dengan wakil seksi Wanita Permi.
Dalam langkah politiknya, Istri Sedar terus mendapatkan dukungan dan bantuan dari kaum nasionalis kiri dan istri anggota Partai Nasional Indonesia (PNI).
Selain aktif dalam memperjuangkan hak perempuan, Istri Sedar juga aktif dalam propaganda menyuarakan antikolonial sebagai konsekuensi dari keyakinan nasional yang radikal.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia 1942, semua organisasi perempuan dilarang, termasuk Organisasi Istri Sedar.
Pasca kemerdekaan, bergagai organisasi perempuan tumbuh, di antaranya Wanita Marhaen dan kelanjutan Istri Sedar.
Istri Sedar diubah menjadi Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) pada1950 yang merupakan leburan dari enam organisasi keistrian.
Pada 1954 Gerwis berganti nama menjadi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Baca Juga: Profil Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang Didukung PSI Jadi Capres 2024
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Istri Sedar: Pergerakan Politik Perempuan Pertama di Indonesia
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR