Percaya atau tidak, saat itu Dewi bahkan tak punya workshop. Ia hanya mengandalkan pengrajin bulu mata yang banyak tersebar di Purbalingga.
Itu pun untuk modal ia menggunakan uang muka dari pembeli untuk membayar bulu mata kepada pengrajin.
Baca Juga: Nova Adriyanti Rela Resign Demi Anak Jalanan Pintar dan Bisa Sekolah
“Saya dropship atau jadi broker saja. Jadi, saya mencari pembeli kemudian saya memesankan ke industri rumahan yang ada. Jadi yang mengeksporkan produk mereka,” ucapnya.
Potensi Besar
Bukan tanpa alasan tentunya mengapa Dewi nekat menjadi pengekspor bulu mata. Pasalnya, peluang pasarnya besar—bahkan bisa dibilang di pasar global sedikit pesaingnya.
Sejauh ini, persaingan pasar global hanya ada Cina, Vietnam, dan Jerman, itupun terbuat dari bahan sintetik dan diproduksi dengan mesin.
Jadi, meskipun sempat jatuh bangun dan rugi saat awal berbisnis lantaran kurangnya ilmu bisnis, Dewi tetap percaya diri dan tancap gas.
Baca Juga: Rininta Christabella Sukses di Jerman, Tetap Tidak Lupa dengan Difabel di Indonesia
View this post on Instagram
“Sebelumnya sudah banyak eksportir bulu mata palsu yang besar-besar. Saya ingin mengikuti jejak mereka. Apalagi potensi bulu mata palsu asli Indonesia ini masih sangat menjanjikan, karena Indonesia masih menjadi satu-satunya supplier bulu mata palsu dengan bahan baku human hair untuk seluruh dunia,” ujarnya.
Setelah tiga tahun berjalan, di 2019 akhirnya Dewi memiliki workshop-nya sendiri di dua kota, yakni di Purworejo dan Purbalingga yang diberi nama PT Diva Prima Cemerlang.
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR