NOVA.id - Memutuskan resign saat jadi manajer, Dewi Harlas pilih usaha di kampung hingga bisa ekspor ke 16 negara.
Tujuh tahun lalu, banyak orang yang menyayangkan keputusan Dewi Harlas kala dirinya memutuskan resign jadi manajer di kota besar. Apalagi saat Dewi malah memilih pulang kampung dan mulai berbisnis di sana.
Enggak sedikit juga cemoohan ia terima, dikatai pengangguran misalnya. Syukurnya, perempuan berusia 50 tahun ini tak ambil pusing dan tetap fokus pada tujuan utamanya, yakni ingin menjadi pengekspor bulu mata.
Kampung halamannya di Purbalingga memang dikenal sebagai sentra bulu mata palsu di Indonesia. Makanya, sebagai putri daerah ia tak ingin melewatkan kesempatan tersebut.
Baca Juga: Gara-Gara Popok Bayi, Andhini Miranda Ubah Hidup Jadi Tanpa Sampah
Modal Media Sosial dan Website
Dengan modal nekat di tahun 2015, Dewi mulai mencari celah di industri bulu mata palsu ini.
Karena tak punya kenalan di bidang ekspor, Dewi memulai semuanya sendiri dengan modal browsing, alias berselancar di internet.
“Saya cari sendiri calon pembeli melalui Instagram dan website, kan mereka ada (bagian) ‘About Us’. Saya kontak email mereka, saya perkenalkan diri bahwa saya memproduksi bulu mata dari Indonesia,” cerita Dewi kepada NOVA.
Tak semudah ia bercerita saat ini memang. Sampai ia bisa menemukan pelanggan pertama, Dewi perlu melewati proses yang panjang. Ya, siapa juga yang bisa percaya begitu saja dengan orang tak dikenal di internet.
Baca Juga: Hestia Istiviani Tularkan Keseruan Membaca Melalui Gerakan Baca Bareng
“Akhirnya ada yang tertarik balas pesan kita. Tapi memang enggak semudah yang saya katakan. Masih harus melewati berbagai proses mulai negosiasi, kirim sampel, review sampel, koreksi bolak-balik dan sebagainya. Banyak juga yang enggak langsung order, mereka mau datang dulu ke Indonesia memastikan langsung kalau kita real factory,” bebernya.
Percaya atau tidak, saat itu Dewi bahkan tak punya workshop. Ia hanya mengandalkan pengrajin bulu mata yang banyak tersebar di Purbalingga.
Itu pun untuk modal ia menggunakan uang muka dari pembeli untuk membayar bulu mata kepada pengrajin.
Baca Juga: Nova Adriyanti Rela Resign Demi Anak Jalanan Pintar dan Bisa Sekolah
“Saya dropship atau jadi broker saja. Jadi, saya mencari pembeli kemudian saya memesankan ke industri rumahan yang ada. Jadi yang mengeksporkan produk mereka,” ucapnya.
Potensi Besar
Bukan tanpa alasan tentunya mengapa Dewi nekat menjadi pengekspor bulu mata. Pasalnya, peluang pasarnya besar—bahkan bisa dibilang di pasar global sedikit pesaingnya.
Sejauh ini, persaingan pasar global hanya ada Cina, Vietnam, dan Jerman, itupun terbuat dari bahan sintetik dan diproduksi dengan mesin.
Jadi, meskipun sempat jatuh bangun dan rugi saat awal berbisnis lantaran kurangnya ilmu bisnis, Dewi tetap percaya diri dan tancap gas.
Baca Juga: Rininta Christabella Sukses di Jerman, Tetap Tidak Lupa dengan Difabel di Indonesia
View this post on Instagram
“Sebelumnya sudah banyak eksportir bulu mata palsu yang besar-besar. Saya ingin mengikuti jejak mereka. Apalagi potensi bulu mata palsu asli Indonesia ini masih sangat menjanjikan, karena Indonesia masih menjadi satu-satunya supplier bulu mata palsu dengan bahan baku human hair untuk seluruh dunia,” ujarnya.
Setelah tiga tahun berjalan, di 2019 akhirnya Dewi memiliki workshop-nya sendiri di dua kota, yakni di Purworejo dan Purbalingga yang diberi nama PT Diva Prima Cemerlang.
Dalam sebulan rata-rata ia bisa mengirim tiga ratus ribu buah bulu mata ke lebih dari 16 negara, seperti Uni Emirat Arab, New York, Canada, Turkey, Paris, dan Belanda.
Wah, ikut bangga ya Sahabat NOVA!
Baca Juga: Finna Yudharisman, Redup Jadi Fesyen Influencer Kini Sukses Jadi Momfluencer
Tips Sukses Jadi Pengekspor
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA, setiap Kamis siang.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR