NOVA.id - Di tengah isu resesi global yang diprediksi segera menerpa banyak negara di tahun 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) optimis industri pariwisata di tanah air akan semakin membaik.
Hal ini dipertegas oleh Yuana Rochma Astuti, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital dari Kemenparekraf, “Di tahun 2023, pemerintah menargetkan 1,4 miliar pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara,"
Performasi kontribusi PDB pariwisata tahun ini diprediksi akan mengalami kenaikan menjadi 4,3% dibandingkan tahun lalu senilai 4,2%.
Devisa pariwisata ini masih belum sepenuhnya pulih jika dibandingkan tahun 2020 sebelum pandemi yang saat itu nilainya mencapai $3,312 miliar dan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 4,05 juta orang.
Di tahun 2021 ketika dilanda pandemi, nilainya turun dratis menjadi $0,52 miliar dan jumlah wisatawan hanya 1,56 juta orang.
Tahun depan diprediksi ekonomi mengalami resesi sehingga sesuai arahan Presiden Jokowi, pertumbuhan ekonomi akan mengandalkan banyak dari kekuatan dalam negeri.
Yuana Rochma Astuti memaparkan bahwa tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global yang bisa menerpa ekonomi Indonesia tahun depan.
Strategi pertama adalah “From City to Countryside” yang fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor dan berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat menyelesaikan isu over tourism capacity.
Kedua, “Tweak Tourism Policies” yang mengedepankan destinasi yang beragam guna mengurangi kepadatan di suatu destinasi.
Ketiga, “Switching to Digital Economy”, yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi. Keempat, “Inclusive Growth” yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Hari Pahlawan Tiap 10 November, Lengkap dengan Ucapannya!
Terakhir, “Sustainable Tourism”, yaitu pengembangan pariwisata yang mengarah pada eco tourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon.
Berdasarkan UU No.24 Tahun 2019, ekonomi kreatif (ekraf) merupakan sektor perekonomian yang memiliki nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Ekraf mencakup 17 subsektor di antaranya kuliner, kriya, dan fesyen yang menempati posisi paling atas. Sedangkan yang potensial dioptimalkan adalah game, animasi, dan aplikasi.
“Kalau bicara tentang kontribusi ekraf kita terhadap PDB nasional, kita cukup berbangga hati karena kontribusinya sudah mencapai 7,5%. Ekraf Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan,” jelas Yuana Rochma Astuti.
Untuk performasi ekspor ekraf yang paling tinggi dari produk fesyen yang pada triwulan I 2022 menyumbang sebesar 56,53% dari total eksporekraf, diikuti produk kriya dan kuliner. Negara tujuan ekspor ekraf terbesar adalah Amerika Serikat dengan $3,13 miliar, Swiss dengan $1,09miliar, dan Singapura dengan $0,38 miliar.
“Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama Indonesia Spice Up the World dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado,” ungkap Yuana Rochma Astuti.
Lebih lanjut dipaparkan pula, “Kita juga mempunyai komoditas unggulan untuk rempah seperti lada, pala, cengkeh, dan lainnya dengan potensi ekspor yang sangat besar. Ditargetkan nilai ekspor bumbu dan rempah dapat ditingkatkan sebesar $2 miliar dengan negara tujuan seperti Afrika, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.”
Paparan bertema “Komoditas Ekspor sebagai Daya Tarik Pariwisata Indonesia” tersebut disampaikan oleh Yuana Rochma Astuti dalam konferensi akbar dari kalangan eksportir Indonesia bertajuk “The X Lite” yang dihelat Bisa Ekspor X Eksporasi Musik pada tanggal 3 November 2022 di Palembang, Sumatera Selatan.
Konferensi tersebut turut menghadirkan pembicaralain yaitu Dr. Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan, dengan topik “Akselerasi Pengembangan Ekspor untuk Menunjang Pertumbuhan Ekonomi 2023” dan Brigjen TNI Fahrid Amran, S.H., Direktur Sumber Daya Pertahanan dari Kementerian Pertahanan, dengan tema “Sumber Daya Alam dan Buatan sebagai Komponen Pendukung Pertahanan Negara” yang dipandu oleh Julio Ekspor, eksportir muda pendirikomunitas Bisa Ekspor.
Baca Juga: Drama Serial Revenge of Others Tayang 9 November, Ini Fakta Menariknya!
“The X Lite” merupakan bagian dari The X Event yang diselenggarakan komunitas Bisa Ekspor. Kode huruf X dipilih karena menjadi dasar utama kata ‘export’, dan bisa jadi unsur kunci yang bisa memberi dampak langsung pada berbagai lini kehidupan. “The X Lite” merupakan inisiasi barudari Bisa Ekspor, sebuah jejaring antar-eksportir, yang bervisi meningkatkan ekspor Indonesia dan mencetak 1.000.000 eksportir.
Julio Ekspor menutup konferensi akbar ini dengan pandangan optimistis. “Tahun 2023 kita tak perlutakut, waspada boleh. Pada 2020 yang katanya resesi, nyatanya kita surplus, bahkan ekspor kita tertinggi dalam sejarah. Kita akan lakukan kembali di tahun 2023. Ekspor kita tertinggi lagi,” ungkapnya. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR