NOVA.id - Perceraian dalam berumah tangga memang salah satu hal yang paling dihindari.
Namun, perceraian bisa menjadi solusi terakhir jika memang tidak ada jalan tengah dalam konflik yang terjadi di rumah tangga.
Tak sedikit pula perceraian yang terjadi berujung menimbulkan hubungan yang tidak baik dengan mantan suami atau mantan istri.
Jika sudah mengalami hal seperti itu, perempuan khususnya akan kerap kali merasakan perasaan bersalah yang begitu dalam akan kegagalan berumah tangga.
Apalagi jika posisinya sudah memiliki anak, perempuan pasti akan merasa bersalah pada anak akan perceraian yang terjadi.
Menanggapi hal tersebut, Rininda Mutia, M.Psi., Psikolog yang merupakan Psikolog Klinis dan Co-Founder Amanasa saat melakukan Live Instagram bersama NOVA beberapa waktu lalu memberikan pandangannya.
Menurutnya, rasa bersalah yang dialami oleh perempuan terhadap anaknya pasca bercerai adalah sebuah emosi yang harus diterima.
“Pada dasaranya seorang ibu banyak rasa bersalahnya, yang tidak bercerai juga banyak rasa bersalahnya dan apalagi merasa tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk anaknya.
Baca Juga: 5 Menu Diet Sehat untuk Sarapan, Coba untuk Besok Pagi!
Tapi rasa bersalah kan salah satu bagian dari emosi, bukan datang tanpa alasan. Rasa bersalah itu datang ketika kita dalam kesalahan dan mendorong kita untuk mencari perbaikan,” katanya.
Lebih lanjut, Rininda mengatakan jika rasa bersalah atas perceraian tersebut memang harus diterima.
Bahkan sang ibu tak mengapa jika harus meminta maaf kepada anak.
“Jadi nggak apa-apa diterima saja, setiap emosi itu valid, setiap emosi itu punya arti di dalam kehidupan kita, kalau merasa bersalah tidak apa-apa, minta maaf ke anak, it's okay.
Kalau orangtua dulu menghindari minta maaf ke anak karena bukan sesuatu yang lazim. Tapi sekarang kita it's okay kok minta maaf ke anak, anak enggak akan jadi kurang ajar karena kita minta maaf ke anak atau anak juga tidak akan makin menyalahi,” tandasnya. (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR