Jadi, jika kondisi berat badan kita juga tidak terlalu membahayakan, lebih baik tidak perlu melakukan VLCD. Jangan hanya ikut-ikutan dan ingin instan. Pasalnya, VLCD yang dilakukan dengan bebas tanpa pengawasan dari ahli justru bisa sangat bersar risikonya bagi kesehatan.
Ya, membuat tubuh kita berjalan sebagaimana mestinya saja kalorinya sudah kurang. Makanya VLCD banyak memicu masalah kesehatan. Apalagi jika dilakukan dalam jangka panjang.
“Dalam jangka pajang pola diet VLCD berisiko menyebabkan malnutrisi atau defisiensi zat gizi. Defisiensinya sangat banyak, efeknya ke tubuh pun sangat banyak.
Seperti rambut rontok, pusing, gula darah rendah, dan efek ke seluruh organ tubuh. Termasuk penyusutan massa otot dan berkurangnya kepadatan tulang karena tak cukup mineral,” ujar Putri pada NOVA.
Baca Juga: Menu Diet Sehat untuk Makan Malam, Ini Resep Tumis Salmon Bayam
Opsi Diet Lain
Menurut Putri, lebih baik lakukan diet defisit kalori dengan penerapan gizi seimbang dengan pemenuhan mikro dan makronutrien yang biasanya direkomendasikan. Pasalnya risiko kesehatannya paling minim.
Caranya pertama kita harus menghitung dulu kebutuhan kalori harian kita. Ingat, setiap orang pasti akan berbeda-beda. Nah, setelah tau, kita boleh mengurangi 200 sampai 500 kalori. Jadi misalnya kebutuhan kalori Anda 2000 kalori, maka bisa dikurangi menjadi 1.800 sampai 1.500 kalori per hari. Lalu jangan lupa olahraga untuk membantu total kalori yang dibakar.
“Jadi ingat defisit kalori dengan gizi seimbang untuk mencegah terjadinya malnutrisi. Apalagi di masa pandemi seperti ini, kita harus tetap memenuhi kebutuhan zat gizi agar imunitas tetap kuat,” pungkas Putri. (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR