Singkat cerita, kata Euis, mereka pun tiba di RSUD Subang sekitar pukul 21.00 WIB. Pasien dibawa ke ruang IGD.
"Di ruang IGD, pasien mendapatkan perawatan sebentar, kemudian pasien tersebut langsung dibawa ke ruang PONEK. Namun, sesampai di ruang PONEK, perawat di sana malah ngomong ruangan PONEK penuh dan ICU juga penuh. Katanya, 'silakan bawa pasien ke rumah sakit yang lain', tanpa ada pemeriksaan lagi dari pihak perawat di ruang tersebut," ujarnya.
Euis mengaku sempat adu mulut dengan perawat di PONEK RSUD Ciereng untuk meminta pasien diperiksa terlebih dulu karena saat itu ia melihat kondisi pasien dalam keadaan kritis mau melahirkan.
Baca Juga: FOTO: Menyayat Hati, Seorang Ayah Memegang Tangan Jasad Putrinya di Reruntuhan Gempa Turki
"Saya bahkan memohon agar dilakukan pemeriksaan kesehatan pasien dulu kepada perawat, agar kami tahu keadaan pasien. Namun permohonan tersebut diabaikan pihak perawat. Mereka seolah-olah tidak peduli kepada pasien," ujarnya.
"Padahal maunya saya, perawat bisa memberikan pertolongan dulu, dan memastikan kondisi pasien, tapi malah tetap dicuekin."
Karena merasa kecewa campur bingung, Euis pun berbicara dengan pihak keluarga pasien tentang kemungkinan pasien untuk dibawa ke rumah sakit yang lain karena kata perawat di RSUD Ciereng sudah penuh.
"Tak banyak pikir, waktu itu pasien langsung kami bawa dengan ambulans puskesmas menuju ke rumah sakit di Bandung. Namun tak menyangka, di tengah perjalanan pasien muntah lagi dan akhirnya pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit," ujarnya.
Euis mengaku sangat sedih dengan peristiwa ini.
"Jujur saya juga merasa malu sekaligus kecewa. Kita sama sama profesi sebagai tenaga kesehatan, cobalah bekerja yang baik dan profesional karena pekerjaan kita sama sama menyelamatkan nyawa manusia," tandasnya. (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR