Suatu hari, saya papasan dengan teman kantornya di mal di Jakarta. Kami bertukar cerita. Tatapan matanya ke saya aneh walau dia sama sekali tak menyinggung pacar saya.
Saya sempat bertanya, apakah pacar saya sibuk sekali, dia menjawab dengan gugup.
Saat berpisah, dia cuma mengatakan, “Punya telepon mes, kan, Rinda? Coba sesekali hubungi, karena kita-kita sekarang sudah punya cottage sendiri, hanya Arman yang masih di mes, menunggu cottage-nya jadi.”
Arman adalah nama kekasih saya. Tidak usah disamarkan, Bu. Mudah-mudahan seantero jagat yang kenal kami, jadi tahu juga.
Tak menunggu lama, saya telepon ke mes, yang mengangkat perempuan. Saya tanya, “Kok, ada perempuan di mes laki-laki?”
Dengan ringan saja ia mengatakan, bahwa hanya dia dan suaminya yang tinggal di situ. Biasanya dia juga kerja, tetapi karena hamil muda dan muntah-muntah terus, dia cuti seminggu.
Kepala saya sudah mau pecah rasanya, Bu. Hamil???
Dengan mengumpulkan semua nyali, saya tanyakan, “Mbak istrinya siapa?” Dan dia jawab, “Arman.”
Dapatkah ibu bayangkan, di tengah keramaian saya dapat berita seperti itu? Entah bagaimana caranya saya sampai ke rumah, seharian saya tak keluar kamar, ibu sampai berkali-kali mengetuk, tidak saya buka.
Rupanya atas inisiatif ibu, Arman diteleponnya dan dia mengaku harus menikahi perempuan itu karena terlanjur hamil. Akan tetapi bila masalah sudah beres, dia akan kembali dan nikah dengan saya.
Detik itu saya katakan,...
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Saat Aku Hamil, Suamiku Akui Perselingkuhannya
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR