Pacar Idaman
Kalau saya memutar kenangan selama pacaran, rasanya saya benar-benar “putri Cinderella”-nya dia.
Bahkan, suatu saat ia lupa tidak menelepon balik karena obrolan terputus saat ia dipanggil bos, esoknya dia sudah di depan kamar saya, mengetuk dan mengatakan, “ Yuk, sekarang ngobrol.”
Dan esoknya dia kembali ke tempat kerjanya. Bagaimana saya tidak merasa bila ia benar-benar sayang, Bu?
Kiriman snack, masakan khas daerah, dan buah tangan untuk ibu saya juga tak pernah absen, sampai-sampai ibu mengatakan tidak banyak calon menantu yang penuh perhatian seperti ini.
Mengapa Allah tak mempersiapkan saya dengan dia selingkuh dulu begitu ya, Bu? Kok, tiba-tiba jebret, hamil, nikah.
Dan bisa-biasanya ibu saya menyuruh saya mendoakan dia bahagia. Ngapain!
Menulis surat ke Bu Rieny ternyata membuat saya sedikit lega. Saya tak minta nasehatlah, Bu. Pasti di ujungnya Ibu akan katakan, “Terima saja, move on, akan ada laki-laki lain yang lebih baik dari Arman.”
Saat ini saya berpikirnya, orang sebaik itu saja mudah sekali tergelincir, bagaimana pula kelak yang cintanya cuma sedang-sedang saja ke saya?
Saya menolak semua usahanya untuk menghubungi saya, mengembalikan semua paket-paketnya ke ibundanya di Yogyakarta.
Saya diamkan saja telepon beliau dan adik-adiknya yang menanyakan ada masalah apa. Rupanya dia rajin menghubungi ibu saya, tapi saya minta agar ibu tak menjadi informannya dia.
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Suamiku Suka Trolling, Memancing Kemarahan Orang
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR