Di sana, tersedia stok vaksin rabies, tetapi perlu diperiksa kembali ketersediaannya.
“Ketika virus rabies sudah masuk ke saraf pusat manusia, itu menyebabkan kematian. Tetapi bisa dicegah dengan memberikan vaksin secara langsung ketika setelah digigit hewan rabies. Gejalanya bisa muncul beberapa minggu setelah digigit hewan tersebut, tergantung pada gigitan. Lokasi paling berbahaya ialah digigit sekitar leher atau kepala, karena akan langsung kena sistem saraf pusat,” jelas Dhimas.
Lantaran kasus rabies kian meningkat, dr. Asep memberikan tips pencegahannya, yakni pra-paparan dan pasca paparan.
Pra-paparan merupakan penerimaan vaksin rabies ketika belum digigit hewan dengan rabies.
Sedangkan pencegahan pasca paparan, vaksinasi dilakukan setelah digigit hewan penular rabies.
Kemudian, pihak yang paling berisiko terpapar rabies adalah vaksinator anjing dan petugas potong anjing untuk diperiksa sampel otaknya.
Anak-anak juga perlu divaksin rabies, karena postur tubuh yang belum tinggi memungkinkan anjing melompat sampai ke leher atau kepala anak-anak.
“Jadi harus diberikan vaksinasi pra-paparan di hari ke-0, hari ke-7, dan hari ke-21. Kalau sewaktu-waktu digigit anjing dan belum mendapatkan vaksin pra-paparan, maka harus segera diberikan vaksinasi pada hari ke 0 sebanyak 2 kali suntikan, dilanjutkan 1 kali suntikan pada hari ke 7 dan ke 21," kata dr. Asep.
"Diperlukan empat kali suntikan dan tentu akan menyebabkan biaya yang besar. Fungsi vaksin rabies pra-paparan bukan hanya menghemat biaya, namun juga bisa mengantisipasi risiko jika tidak tersedianya stok vaksin,” pungkas dr. Asep. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR