Bersama perempuan di Kalimantan Tengah, tepatnya di Gunung Purei, Yoan menjadi sosok Srikandi untuk Negeri yang bersama-sama berkreasi menghasilkan produk fashion ramah lingkungan seperti tas, topi, kerajinan tangan, berdasarkan pola anyaman adat Dayak yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Awalnya, Handep membina 20 penganyam, namun tahun ini sudah mencapai 350 penganyam yang dibina.
Menariknya, dalam setiap produk yang dijual, ada cerita dan profil pengrajinnya.
Handep juga beroperasi menggunakan prinsip perdagangan yang adil dengan kemitraan yang setara dengan perempuan dan petani.
“Kita ingin menjembatani antara orang-orang di pedalaman, para pengrajin, dan petani rotan dengan orang-orang di kota. Kita lakukan untuk meng- encourage dan meng-empower mereka, karena selama ini mereka bekerja dengan tengkulak yang tidak peduli dengan profil mereka,” jelas Creative Director dan Co- Founder Handep ini.
Bersyukurnya, sekitar 80 persen pendapatan dari para penganyam meningkat.
Ada yang tadinya berpenghasilan Rp500.000 sebulan, kini sudah mencapai Rp3 juta.
Di sisi lain, Yoan bersama teman-temannya di Handep memiliki cita-cita besar yang ingin diwujudkan.
“Semoga Handep, produk craft-nya ini bisa menjadi sesuatu yang premium kami sebut luxury craft atau bisa selevel Hermes. Itu salah satu cita-cita kita. Kami suka inside jokes, kalau Handep ini ‘H’- nya bukan untuk Handep tapi Halu. Ha-ha-ha. Tapi ini semua dimulai dengan halu atau mimpi kami bisa sampai seperti sekarang. Jadi, tolong doakan,” harapnya.
Sampai saat ini produk Handep sudah mulai ekspor seperti tas lokal ke Jepang, Paris, semoga sukses selalu menginpirasi para perempuan sebagai sosok Srikandi untuk Negeri lewat Handep! (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR