NOVA.ID - Besar di kota kecil di Palangkaraya, Kalimantan Tengah membuat Yoan Taway memiliki ketertarikan besar dengan kebudayaan Kalimantan.
Apalagi, sosok Srikandi untuk Negeri ini memang berasal dari keluarga Dayak yang benar-benar pegiat budaya.
Dari sekian banyak kebudayaan yang tersimpan, seiring berjalannya waktu Yoan jatuh cinta pada dunia fashion.
Meski begitu ia sempat mengenyam pendidikan Sastra Jepang saat kuliah.
Karena merasa salah jurusan, perempuan ini pun mengambil sekolah fashion setelah lulus kuliah.
Tak disangka-sangka, dirinya masuk dan lulus sebagai Top 5 Best Student di LPTB Susan Budihardjo, Jakarta pada tahun 2011.
Senang bukan kepalang.
Anak kota kecil yang waktu kecil hanya tahu belanja baju di pasar malam bisa lulus dengan prestasi yang membanggakan.
Well, dari titik inilah kisah perjalanan dan perjuangan Yoan di industri fashion Tanah Air dimulai.
Sempat Kabur dari Fashion
Sekitar tahun 2013- 2018 Yoan bertemu banyak teman yang sudah terlebih dulu terjun di industri fashion.
Baca Juga: Khatrin Natalia, Srikandi untuk Negeri yang jadi Founder dari Komunitas Para Ibu Influencer
Ia pun banyak bekerja sama dan berkarya.
Proyek terakhir yang Yoan tangani adalah Asian Games Ceremony 2018 lalu.
“Di bawah naungan Eastwest, saat itu saya jadi asisten langsung di bawah Rinaldi Yunadi dan Didi Budiardjo. Itu pengalaman sangat mengharukan karena itu sekali seumur hidup untuk sejarah Indonesia,” ungkap Yoan.
Namun, setelah lima tahun ia malah memutuskan untuk keluar.
Katanya, hidup di Jakarta terlalu berat.
Alhasil ia memilih melipir kembali ke Kalimantan dan mencoba mengeksplor talentanya sebagai florist dan pindah ke Bali.
“Sejujurnya saya kabur dari dunia fashion. Saking serunya, selama lima tahun itu saya hanya bekerja, tanpa istirahat. Jadi burnout. Saya sampai pada tahap melihat benang, jarum, gunting, dan bahkan berita fashion itu saya sampai mau muntah. Merangkai bunga ini jadi sarana healing juga,” ungkapnya.
Berdayakan Perempuan Lewat Handep
Di enam bulan masa pelariannya, Yoan bertemu Randi, CEO Handep yang menawarkannya untuk bergabung mengembangkan Handep.
Sebuah brand fashion berkelanjutan yang memberdayakan perempuan pengrajin dan petani rotan di Kalimantan.
Setelah bergumul selama tiga hari, Yoan akhirnya memutuskan untuk kembali membuka hati untuk fashion yang lebih beretika.
Bersama perempuan di Kalimantan Tengah, tepatnya di Gunung Purei, Yoan menjadi sosok Srikandi untuk Negeri yang bersama-sama berkreasi menghasilkan produk fashion ramah lingkungan seperti tas, topi, kerajinan tangan, berdasarkan pola anyaman adat Dayak yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Awalnya, Handep membina 20 penganyam, namun tahun ini sudah mencapai 350 penganyam yang dibina.
Menariknya, dalam setiap produk yang dijual, ada cerita dan profil pengrajinnya.
Handep juga beroperasi menggunakan prinsip perdagangan yang adil dengan kemitraan yang setara dengan perempuan dan petani.
“Kita ingin menjembatani antara orang-orang di pedalaman, para pengrajin, dan petani rotan dengan orang-orang di kota. Kita lakukan untuk meng- encourage dan meng-empower mereka, karena selama ini mereka bekerja dengan tengkulak yang tidak peduli dengan profil mereka,” jelas Creative Director dan Co- Founder Handep ini.
Bersyukurnya, sekitar 80 persen pendapatan dari para penganyam meningkat.
Ada yang tadinya berpenghasilan Rp500.000 sebulan, kini sudah mencapai Rp3 juta.
Di sisi lain, Yoan bersama teman-temannya di Handep memiliki cita-cita besar yang ingin diwujudkan.
“Semoga Handep, produk craft-nya ini bisa menjadi sesuatu yang premium kami sebut luxury craft atau bisa selevel Hermes. Itu salah satu cita-cita kita. Kami suka inside jokes, kalau Handep ini ‘H’- nya bukan untuk Handep tapi Halu. Ha-ha-ha. Tapi ini semua dimulai dengan halu atau mimpi kami bisa sampai seperti sekarang. Jadi, tolong doakan,” harapnya.
Sampai saat ini produk Handep sudah mulai ekspor seperti tas lokal ke Jepang, Paris, semoga sukses selalu menginpirasi para perempuan sebagai sosok Srikandi untuk Negeri lewat Handep! (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR