NOVA.id - Di zaman modern ini, kerja perawatan masih juga disandarkan pada pundak perempuan.
Seolah, kerja keperawatan mulai dari memasak, mencuci, menyapu, hingga mengajari anak belajar, serta tugas domestik lainnya adalah kewajiban ibu semata.
Syukurlah Organisasi Perburuhan Internasional atau International Labour Organization (ILO) mendorong budaya merawat bersama dalam tugas keperawatan lewat nilai 5R (Recognize, Reduce, Redistribute, Reward, dan Representation).
Dengan semangat merawat bersama, setiap anggota keluarga bisa ikut berperan memikul beban ganda yang selama ini ditanggung perempuan. Contohnya seperti para bapak mengambil cuti ayah untuk membantu merawat anak seperti yang pernah kita bahas sebelumnya.
Sebab, kerja keperawatan sejatinya merupakan basic life skill yang sewajarnya dimiliki oleh setiap orang tanpa memandang gender.
Bertepatan dengan International Day of Care and Support yang jatuh pada 29 Oktober, pembahasan mengenai kerja perawatan sangat penting guna memerangi stereotip gender terkait perawatan serta mengurangi segregasi pekerjaan untuk kerja perawatan.
Fenomena Bapak Rumah Tangga
Sepatutnya, kerja keperawatan yang melelahkan dan tak berbayar ini menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga, bahkan bukan tidak mungkin yang mengemban tugas kerja keperawatan adalah para laki-laki, atau para bapak.
Faktanya, kini semakin marak fenomena laki-laki yang memilih untuk fokus melakukan kerja keperawatan demi mendukung karier sang istri dengan kesepakatan bersama.
Ya, fenomena para bapak yang lebih memilih berbagi tugas dan fokus mengurus rumah tangga semakin merebak.
Menurut Data ILO, ada 25 juta pekerjaan di dunia yang hilang akibat pandemi Covid-19. Diketahui, persentase korban PHK tenaga kerja laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 16,7 persen berbanding 14,2 persen.
Ini artinya, peluang para bapak untuk menghadapi tugas-tugas kerja keperawatan dalam rumah tangga menjadi semakin besar, Sahabat NOVA.
Apalagi, pasca pandemi Covid-19, mulai marak sistem kerja WFH (Work From Home) dan WFA (Work From Anywhere) yang juga membuat para bapak punya waktu lebih lama untuk 'berdiam' di rumah.
Baca Juga: Indahnya Merawat Bersama: Usai Ibu Cuti Melahirkan, Para Bapak Ambil Cuti Ayah
Ini merupakan kesempatan baik bagi para bapak untuk membantu tugas-tugas domestik, tanpa melalaikan pekerjaan yang bisa mereka selesaikan di rumah.
Bagi kita, para ibu, ini tentu jadi angin segar yang menggembirakan, Sahabat NOVA.
Partisipasi dari pasangan atau anggota keluarga lainnya dalam kerja keperawatan akan banyak membantu melesatkan para ibu ke banyak hal.
Dengan pembagian kerja keperawatan, sebagai ibu kita bisa lebih sehat secara fisik dan mental. Kesempatan kita pun makin terbuka untuk memiliki waktu istirahat cukup dalam tugas-tugas perawatan atau merancang ulang karier impian dalam pasar kerja yang kini semakin kompetitif.
Ketika Para Ayah Aktif Membantu
"Sebanyak 35 juta pekerja perempuan harus meninggalkan dunia kerja karena perawatan dan tanggung jawab rumah tangga. Norma sosial dan budaya masih semata-mata menempatkan perawatan dan tanggung jawab domestik pada perempuan," ungkap Dinar T. Jogaswita, Direktur Hubungan Kerja dan Pengupahan Kementerian Ketenagakerjaan.
Namun menariknya, Laura Addati, Spesialis Perlindungan Maternitas dan Keluarga Pekerja dari Unit Gender, Kesetaraan, Keberagaman dan Inklusi (GEDI) ILO di Jenewa mengungkapkan hasil temuan ILO yang menyoroti pengaruh norma sosial pada pembagian gender dari pekerjaan perawatan tak berbayar pada Maret 2023 lalu.
Data tersebut menunjukkan bahwa 79 persen koresponden Indonesia setuju bahwa, “Laki-laki kini memiliki tanggung jawab yang lebih besar atas rumah dan pengasuhan anak daripada sebelumnya".
Meski pembagian tugas keperawatan yang lebih banyak dilakukan para bapak belum lazim, namun, hal ini telah dimulai oleh publik figur, Jennifer Bachdim.
Sang suami, pesepakbola kondang, Irfan Bachdim, tengah rehat sementara dari pekerjaan. Soal istri mencari nafkah sementara suami melakukan tugas kerja keperawatan di rumah, ternyata Irfan dan Jennifer sudah bersepakat.
"Saya pikir baik-baik saja (menceritakan semuanya). Irfan sudah bekerja sejak kita bersama. Kita menghasilkan uang yang artinya bagus, tapi sekarang saya pikir tidak apa-apa kalau Irfan rehat dulu dan menghabiskan waktu dengan anak-anak," ungkap Jennifer dalam tayangan YouTube Melaney Ricardo pada Rabu, (06/09/2023).
"Jadi sekarang dia dapat memiliki ikatan dengan anak-anak dan karena anak-anak sangat membutuhkannya. Menurutku itu lebih penting sekarang daripada memikirkan menghasilkan uang saat ini," sambungnya.
Tentu saja pengakuan pesohor ini menuai banyak komentar.
Sebab, fenomena bapak yang berdiam di rumah dan mengerjakan tugas keperawatan sejatinya bertolak belakang dengan paham patriarki yang masih banyak dianut dan diamini sebagian masyarakat.
Stigma Bapak Rumah Tangga
Sosok ayah digambarkan dengan stigma dan stereotip tertentu yang maskulin sebagai pencari nafkah dan pelindung keluarga.
Dalam laman Very Well Family, sosok para bapak rumah tangga distereotipkan sebagai pria yang tidak maskulin, pengangguran, dan tidak bisa menjaga anak.
Padahal, berdasarkan survei Pew Research Center pada tahun 2014, dilaporkan sebanyak 48 persen ayah berharap mereka dapat tinggal di rumah bersama anak-anak.
Salah satu cerita bapak yang berhasil menerjang stereotip negatif ini adalah Taufik.
Kepada NOVA, Taufik mengungkapkan kisahnya yang selama 15 tahun menjadi bapak yang lebih banyak mengurus rumah tangga, ketimbang sang istri terkasih.
Bukan tanpa sebab, Taufik dan istrinya sudah bersepakat sejak awal pernikahan.
Meski melakukan tugas keperawatan, Taufik tetap mencari nafkah dari rumah. Menurutnya ini sudah menjadi kewajibannya yang tak bisa ditawar.
"Saya buka warung di rumah, jualan ayam goreng, ayam bakar, buka sore hari. Tapi di luar dagang, ya saya bapak rumah tangga. Pagi sampai siang saya urus rumah juga. Ya nyapu, ya ngepel, ya anterin anak sekolah,” ujarnya.
Taufik sendiri mengaku mendapat waktu berkualitas bersama sang anak berkat kesepakatan tersebut.
“Kebetulan istri PNS, tapi saya enggak gengsi. Mungkin sudah jalannya. Rezekinya sudah diatur Yang di Atas. Happy-happy aja lah, malah anak lebih dekat sama saya haha," tutur Taufik sembari tertawa.
Umi Salamah, sang istri, juga mengaku sangat bersyukur dengan andil dari suami yang memilih untuk membantunya melakukan tugas keperawatan.
"Saya bersyukur, Mas Taufik pengertian dan tidak mudah tersinggung meski kerjanya tidak ke kantor dan berseragam. Malah di rumah bakar ayam di atas arang," ujarnya.
Umi juga mengungkapkan bahwa kesepakatan ini tak akan langgeng hingga 15 tahun jika keduanya tidak saling menghormati.
"Ya, istri sudah seharusnya menghormati suami. Apalagi beliau sudah bantu urus pekerjaan rumah, ya nyapu, ngepel, ngurusin anak.
“Kepala keluarganya tetap Mas Taufik, walaupun kelihatannya saya yang gajian.
“Mas Taufik tidak lantas ongkang-ongkang. Ya, ikut bantu ngoreh duit (cari nafkah)," sambung Umi yang berasal dari Cilongok, Jawa Tengah ini.
“Saya paham tidak semua laki-laki bisa legowo seperti Mas Taufik. Makanya itu yang harus kita kasih, ya support, ya dipuji sekali-kalilah haha,” imbuhnya.
Early Dewi Nuriana, Staf Proyek untuk Ekonomi Perawatan, Organisasi Perburuhan Internasional menekankan bahwa tugas domestik dan perawatan di rumah tangga adalah tugas bersama yang sama yang dapat dibagi antara perempuan dan laki-laki, dan tak hanya melekat pada jenis kelamin tertentu saja, dalam hal ini perempuan.
Pelabelan tugas domestik dan perawatan pada perempuan saja, yang telah terkonstruksi pada budaya kita ini, dapat dikikis secara bertahap dengan praktik baik dari pasangan suami istri ini yang memiliki rasa saling menghargai satu sama lain, kualitas komunikasi yang setara, serta kesediaan untuk berbagi tugas perawatan di rumah tangga.
Praktik baik ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak laki-laki untuk dapat berperan lebih aktif dalam berbagi tugas perawatan secara seimbang di rumah tangga dan mengurangi beban dominan tugas domestik yang selama ini berada di pundak perempuan.
Meski, bapak yang mengurus rumah tangga memang memiliki tantangan tersendiri.
Tantangan ini berupa adanya stereotip dan stigma negatif bahwa figur bapak haruslah mencari nafkah utama dan mengerjakan urusan kasar, seakan kontras dengan kehidupan Taufik.
Padahal, siapapun yang melakukan tugas domestik dan keperawatan tak berbayar sudah sepatutnya mendapat apresiasi karena tugas tersebut bernilai, produktif dan sama-sama berkontribusi pada kesejahteraan dan produktivitas pada semua anggota keluarga.
Apresiasi atau penghargaan juga merupakan manifestasi dari salah satu nilai perawatan 5R yang tengah gencar digalakkan oleh ILO yakni Rewards.
Bapak rumah tangga tidak perlu ragu berinisiatif melakukan tugas perawatan karena tugas ini tidaklah mudah, bernilai, produktif, dan penting untuk dihargai, serta dihormati anggota keluarganya, saat fokus memilih untuk melakukan tugas keperawatan di rumah.
Oleh karena itu, dalam upaya untuk saling berbagi peran dan merawat bersama, kita juga harus mendukung inisiatif bapak untuk makin terlibat pada tugas perawatan dan menghargai inisiatif ini sebagai wujud tanggung jawab keluarga. (*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR