NOVA.ID - Film Trinil: Balekno Gembungku ( Kembalikan Tubuhku ) adalah adaptasi sebuah drama Radio horor yang viral di era 80-an.
Kisah cinta segitiga antara Ibu-anak dan seorang pemuda beranama Bagus Sujiwo yang berujung pembunuhan sadis, menjadi kisah tragis dan ironis pada jamannya.
Ini yang mendasari Hanung Bramantyo untuk kembali menyutradarai Horor, karena kisah tersebut dianggap masih relevan di era sekarang.
Namun Hanung tidak begitu saja mengadopsi drama Radio tersebut ke dalam film. Hanung hanya mengambil kerangka utama kisah cinta Trinil-Kustirah dan Bagus Sujiwo.
Tercetusnya keinginan kembali ke genre Horor, pertama kali tercuat di saat pendemi Covid 2019-2020, di mana saat itu kematian demi kematian menjadi hal biasa.
"Setiap hari, ketika mendengar suara sirine ambulan melintas, serasa malaikat maut sedang mengintai rumah, yang setiap saat menjemput kita, orang tua kita, atau anak-anak kita. Situasi tersebut adalah Horor dalam arti yang sebenar-benarnya," ujar Hanung.
Menurut Hanung, Horor adalah situasi yang mencekam akibat teror yang tak
diketahui pelakunya.
Bukan sekedar hantu bergentayangan, atau akrobat jump scare yang Nirkisah alias tanpa cerita yang kuat.
Dari pengalaman para maestro film dunia, Hanung ingin mengembalikan Horor pada pakemnya, yaitu Teror yang sangat berkaitan dengan situasi yang sangat dekat dengan penontonnya.
Menurut Hanung, situasi Horor di Indonesia terjadi pada 3 masa, yaitu saat peristiwa pembunuhan massal tahun 1965, tragedi penculikan aktivis 1998 dan situasi Covid 2019.
Lewat 2 film horor terdahulunya: Lentera Merah dan Tragedi Sundel Bolong, Hanung bermain pada peristiwa tragedi 1965.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR