NOVA.id - Saat ini tak hanya investasi konvensional yang diminati, investasi syariah pun mulai menarik hati.
Pasalnya investasi syariah diklaim lebih minim risikonya.
Makanya, cukup banyak orang yang berniat memindahkan investasi ke sistem syariah.
Namun, bagaimana sebenarnya sistem investasi syariah?
Sebarapa besar risiko investasi syariah sebenarnya?
Lalu, jika dibandingkan dengan investasi konvensional, bagaimana imbal hasilnya?
Ada Aset yang Diagunkan
Secara singkat, menurut Tejasari, CFP., Konsultan Keuangan, investasi syariah adalah investasi yang dibuat sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip syariat ajaran Islam.
Mulai dari utang, produk investasi yang akan dibeli, hingga transaksi-transaksi atau akad yang berjalan dalam investasi.
Dalam investasi syariah akadnya berbeda dengan investasi konvensional.
Akad syariah bisa meliputi akad kerja sama (musyarokah), sewa-menyewa (ijarah), dan akad bagi hasil (mudharabah).
Baca Juga: Baru Paham, Ternyata Segini Keuntungan Investasi Reksa Dana Syariah
Nah, karena mekanisme akadnya berbeda, maka dalam investasi syariah tidak ada istilah bunga yang dikatakan haram atau riba.
Melainkan, keuntungan karena adanya akad antara dua atau lebih pihak.
Lalu, benarkah jadi lebih aman dan minim risiko?
“Minim risiko itu maksudnya risikonya lebih kecil, ya. Kita ambil contoh obligasi. Kalau investasi di obligasi konvensional itu enggak ada underlying asset.
Enggak ada aset yang diagunkan. Sedangkan, obligasi syariah atau sukuk itu punya underlying asset. Jadi kalau ada apa-apa, misalnya perusahaan enggak bisa bayar, ada aset yang diagunkan dan bisa dijual untuk menyelesaikan pembayarannya. Jadi, risikonya lebih kecil,” jelas Tejasari saat dihubungi NOVA.
Begitu juga jika mengambil investasi saham syariah atau reksa dana syariah, misalnya.
Produk- produk saham yang dijual sudah dipilihkan sesuai kategori syariah sehingga lebih aman.
“Jadi risikonya bukannya minim, tapi lebih kecil dibanding konvensional. Sudah lebih dipilih. Lebih aman, karena istilahnya sudah dijagain sejak awal dengan aturan- aturan sesuai syariat,” lanjutnya.
Produk Terbatas
Di sisi lain, karena memiliki risiko yang lebih kecil, maka imbal hasil dari investasi syariah pun tergolong rendah.
Menurut Tejasari, imbal hasil dalam investasi syariah bisa tergantung pada dua hal.
Baca Juga: Mengenal Investasi Reksa Dana Syariah, Cara Bermain dan Modalnya untuk Pemula
Pertama, jenis produk investasinya.
Hal ini lebih karena pilihan produk yang terbatas.
Misalnya, dalam saham syariah atau reksa dana syariah, produk pilihannya lebih sedikit yang masuk kategori.
“Produk-produk yang masuk ke Jakarta Islamic Index, kan juga lebih sedikit. Sehingga pemilihan saham-sahamnya sama manager investasi enggak bisa seluas yang konvensional.
Jadi, enggak bisa lebih bebas. Jadi terbatas, lebih sedikit. Nah, karena pemilihannya lebih sedikit, sehingga keuntungannya lebih terbatas,” jelas Teja.
Kedua, imbal hasil juga bisa dipengaruhi dari kondisi pasar modal. Baik pasar modal syariah maupun pasar modal umumnya.
Jadi, mana yang lebih baik?
“Itu pilihan. Mau pilih yang return-nya besar dengan risiko besar, atau dengan syariah. Malah di investasi syariah itu lebih terbantu, ya. Lebih dipilihkan yang aman dan sudah sesuai dengan syariah,” pungkas Tejasari. Semoga sekarang Sahabat NOVA tidak bingung lagi. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR