Di saat itu lah, Irish memutuskan mendatangi psikolog.
"Aku pernah anakku tantrum, setantrum-tantrumnya, itu anakku yang pertama."
"Aku sampai bingung itu anakku kenapa kok tantrum kayak gini ya."
"Ini kayaknya agak aneh agak berbeda, terus aku bawa lah ke psikolog," beber Irish.
Ketika berkonsultasi dengan psikolog mengenai kondisi anaknya, justru sang psikolog menanyakan kondisi Irish.
Menurut psikolog, apa yang dialami oleh sang anak berasal dari ikatan batin kepada ibunya.
Itu artinya, sang anak ikut merasakan apa yang menjadi kegelisahan Irish.
"Aku bertanya, 'kenapa gini gini gini'. Psikolognya bilang kayak gini 'Kalau ibunya apa kabar?"
"Jadi seorang ibu sama anak itu kayak satu detak jantung, jadi apa pun yang dirasakan sama ibunya akan tervibrasi," paparnya.
Irish pun tak lagi ingin menutupi kegundahan hatinya yang sedang menghadapi masalah.
"Aku luapkan kepada Allah. Aku gelar sajadah aku berdoa, aku nangis betul-betul."
"Akhirnya kita bisa belajar, lebih kuat lagi," ujarnya.
Lebih lanjut, menurut Irish, perempuan kuat bukan berarti tidak boleh menangis.
"Buat aku wanita kuat itu bukan berarti nggak boleh menangis. Bukan berarti kita harus sok kuat."
"It's okay to not be okay. You can fight, boleh nangis boleh apa terserah," ujar Irish Bella. (*)
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Maulana Wildan Ibrahim |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR