Maka jika kekurangan zat besi, maka darah pun tidak mampu mengangkut oksigen dan menyebabkan gejala anemia.
Gejala anemia biasa antara lain tubuh lemas, pusing, dan warna kulit pucat.
Selain kekurangan zat besi, anemia umumnya juga terjadi karena kurangnya vitamin B12 atau asam folat.
Lantas apa bedanya dengan anemia aplastik?
Dilansir dari Grid Health, beda anemia biasa dengan anemia aplastic terletak pada penyebab dan tingkat keparahannya.
Pada anemia aplastik, penyebabnya adalah sumsum tulang tidak dapat memproduksi jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan platelet yang cukup.
Kondisi ini bisa terjadi karena multifactor, termasuk genetik, infeksi, paparan bahan kimia beracun, atau efek samping dari pengobatan tertentu seperti kemoterapi.
Anemia aplastic adalah penyakit yang langka.
Gejala anemia aplastik yang dialami oleh pengidapnya dapat sangat serius.
Seperti kelemahan yang parah, infeksi berulang, mudah memar, dan pendarahan yang sulit dihentikan.
Diagnosis anemia aplastik juga melibatkan pemeriksaan darah, dan seringkali diperlukan biopsi sumsum tulang untuk menentukan penyebab pastinya.
Pengobatan yang dilakukan terhadap pengidap anemia aplastik, ditentukan berdasarkan penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah infeksi atau paparan bahan kimia beracun, maka perawatan difokuskan pada penyebab utamanya.
Sedangkan bila faktor genetik atau efek samping pengobatan, tindakan seperti transplantasi sumsum tulang belakang atau terapi imunomodulator mungkin diperlukan.
Pemilihan pengobatan anemia aplastik tersebut dilakukan dengan tujuan memulihkan produksi sel darah merah yang normal.
Nah, itulah beda anemia aplastik dengan anemia biasa, semoga kita selalu sehat ya Sahabat NOVA. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR