TabloidNova.com - Bila ada satu sosok yang patut mengomentari perkembangan industri mode Indonesia, mungkin Poppy Dharsono lah orangnya. Terkenal lewat beragam profesi dan keberhasilannya, baik sebagai perancang busana, pengusaha, mantan anggota DPR, pemerhati industri kreatif, dan lain sebagainya.
Poppy, yang juga pendiri sekaligus penasihat Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), memaparkan secara detail pandangannya mengenai industri mode Indonesia saat ini. Perempuan yang akan memeragakan koleksi busana terbaru bersama perancang senior Agnes Budhisurya di perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 mendatang ini, mengaku masih merasa kecewa karena label mode Indonesia belum diakui seperti merek internasional. Dengan kata lain, belum mendapat posisi yang layak.
"Saya sangat senang dengan hadirnya desainer muda berbakat Indonesia yang meramaikan panggung mode. Mereka seakan memberi warna baru. Tapi sayang sekali keluhan justru datang dari sikap dan keberpihakan pemerintah yang lebih mengutamakan label internasional," jelasnya.
Lebih lanjut, perempuan yang mengecap pendidikan mode di Ecole Superieurde Technique dela Mode (ESMOD), Geurre Lavigne, Paris, Perancis, tersebut mengatakan bahwa posisi label busana Indonesia masih berada di bawah bayang-bayang merek luar negeri. Padahal, bisa jadi kualitas label busana Indonesia setara atau mungkin lebih.
Poppy meyakini, jika dukungan moril dan materiil pemerintah kuat, adil, dan memahami pentingnya masalah ini, industri mode Indonesia bisa melesat layaknya mode di Hongkong, Korea dan Jepang. Dinilai Poppy, fenomena ini tidak sulit untuk dikaji. Sejumlah mall atau pusat perbelanjaan di Ibukota pasti lebih menghargai dan memihak label internasional ketimbang negeri sendiri. Hal ini terlihat dari deretan etalase lantai dasar mall yang semuanya hampir dipenuhi merek asal luar negeri.
"Lantai dasar mall pasti adanya merek terkenal internasional, ke mana batik atau tenun, atau wastra nusantara lainnya? Masyarakat Indonesia juga rela mengeluarkan biaya mahal untuk membeli busana luar negeri, namun tidak untuk busana dengan dasar wastra nusantara," tambah Agnes Budhisurya, saat acara "Intimate Soiree with Agnes Budhisurya and Poppy Dharsono" di Blugrass, Kuningan, Jakarta, Jumat (20/2).
Menelaah apa yang terjadi, Poppy dan Agnes menyarankan masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai perajin, industri kecil dan menengah, serta karya desainer Indonesia yang kini sudah banyak mendunia dan dikenal global. Harapannya, fashion Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Di fashion Indonesia, yang bisa menguasai pasar dan dikenal adalah yang punya modal atau kapitalisme. Pantas bagi kita untuk mendukung sepenuhnya apalagi menyangkut warisan kain wastra dan kelangsungan generasi mode," tutup Poppy.
Ridho Nugroho
FOTO-FOTO: ALISSA SAFIERA
KOMENTAR