TabloidNova.com - Setelah Januari lalu meluncurkan Magnum Infinity, es krim dengan cokelat murni dari Tanzania, Afrika Timur, bulan Agustus ini Magnum merilis Magnum Pink dan Magnum Black.
Peluncuran Magnum Pink dan Magnum Black dirayakan dengan sejumlah rangkaian kegiatan. Selain mengadakan voting secara nasional untuk mengetahui jenis es krim mana yang layak diluncurkan lebih dulu, Magnum juga menggelar kampanye "Elevating the Beauty of Indonesia". Delapan landmark yang ikonik di seluruh penjuru Indonesia, di antaranya Jam Gadang di Bukittinggi, Monumen Nasional di Jakarta, Patung Dewa Ruci di Bali, serta Tongkonan khas Toraja, diterangi dengan lampu berwarna pink.
Sebagai puncak dari rangkaian kegiatan peluncuran es krim Magnum terbaru ini, digelar peragaan busana bertema "The Wonders of Pink & Black" di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (15/8). Pagelaran ini mempertemukan dua desainer, yaitu Sebastian Gunawan dan Tex Saverio, dalam satu panggung. Masing-masing akan menampilkan koleksi busana serbahitam dan serbapink.
"Kami akan mengadakan fashion show yang konsepnya adalah battle of two design. Dua desainer ini saling membuat karya elegan yang mewakili pink and black. Ini selected colaboration yang memadukan desainer papan atas," jelas Amalia Sarah Santi, Group Product Manager Ice Cream PT Unilever Indonesia, dalam jumpa pers menjelang show berlangsung.
Menurutnya, Magnum terus bekerjasama dengan desainer yang karyanya telah mendunia, dan terus mendukung industri kreatif dengan mendorong munculnya desainer-desainer muda baru.
"Saya mempresentasikan Magnum Black, di mana hitam itu mencerminkan personality yang strong, dan ini cocok dengan karakter saya. Saya akan membawakan 15 koleksi busana, dua di antaranya look yang khusus didesain untuk peluncuran Magnum Pink," papar Tex Saverio.
Menurutnya, Magnum meminta agar dua busana yang dirancang khusus untuk peluncuran es krim ini berupa gaun malam. Konsep gaun ini adalah berkarakter kuat dan sophisticated, baik dari sisi desain, siluet, hingga materialnya. Rio, begitu sapaan pria berusia 30 tahun ini, tak main-main dengan persiapannya. Pembuatan gaun tersebut memakan waktu sekitar dua bulanan.
"Saya banyak bermain dengan tekstur stingray. Ada satu jenis bahan yang di-develop khusus, sejenis silk. Tapi silk itu kan very fragile, gampang rusak, sehingga perawatannya sulit. Jadi (tantangannya) gimana agar teksturnya tetap terasa, tanpa takut bahan ini gampang rusak," tuturnya pada TabloidNova.com.
Sementara itu, Sebastian Gunawan memamerkan koleksi busana serbapink, yang terinspirasi dari kreativitas dan keindahan alam tropis. Seba menggunakan teknologi terkini melalui pilihan bahan neoprene dalam siluet klasik, dan teknik laser cutting yang menghasilkan detail yang unik. Secara keseluruhan menunjukkan ekspresi fashion yang klasik dengan sentuhan modern.
Yang seru, peragaan busana ini diiringi oleh live performance. Koleksi busana Seba diiringi oleh alunan suara Raisa yang didukung oleh Magenta Orchestra. Sedangkan koleksi busana Rio diiringi oleh kelompok Nidji.
"Buat saya fashion dan musik itu dekat sekali. Musik itu untuk membangun mood, sifatnya saling melengkapi. Saya sangat menantikan (kolaborasi ini) karena karakter personel Nidji itu rock 'n roll," ujar Rio.
Dini Felicitas
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR