TabloidNova.com - Kini tak sedikit perempuan yang berhasil dalam karier dan berprestasi bagus. Beberapa di antaranya bahkan menduduki posisi strategis di berbagai institusi swasta terkemuka bahkan pemerintahan.
Di sisi lain, banyak perempuan sukses menghasilkan karya-karya di kancah nasional bahkan internasional. Tak sedikit pula para yang menjadi motivator, penggerak, pelopor dan segudang prestasi lainnya.
Nana Gerhana, M.Psi, psikolog dari RS Royal Progress Sunter dan Stress Prevention Clinic Kelapa Gading menjelaskan eksistensi perempuan masa kini tentunya tak lepas dari peran dan perjuangan perempuan di zaman dulu.
"Sedikit kilas balik, pada pertengahan abad ke-19 muncul aliran feminisme di dunia, di mana kiprah wanita makin mencuat. Mereka adalah para perempuan yang memperjuangkan persamaan hak dan derajat dengan kaum laki-laki."
Di masa sekarang, perempuan Indonesia memiliki keinginan dan tuntutan untuk memperoleh hak mengenyam pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang sama seperti kaum laki-laki. Seiring waktu dan proses para perempuan di bidang pekerjaannya kemudian memiliki karier cemerlang, prestasi yang gemilang, bahkan penghasilan yang lebih "menjulang" bila dibandingkan suaminya.
Siap Hadapi Konflik
Di Indonesia, ada sebuah budaya dimana suami yang bekerja serta memberikan sebagian besar pendapatannya untuk dikelola istri. Jadi kebutuhan rumah tangga sehari-hari biasanya dikelola istri.
Ya, perempuan atau istri yang mengatur dan menyiasati uang setiap bulan sehingga dapur tetap bisa ngebul, kebutuhan anak untuk kegiatan sekolah terpenuhi dan sebagainya, terlepas dari seberapa besar kecil dana yang diberikan suami. Tak keliru bila ada anekdot, istri adalah "Menteri Keuangan", sedangkan suami adalah "Presiden" dalam sebuah rumah tangga.
Nah, istri yang kemudian memilih dan meminta izin suami untuk bekerja dilandasi berbagai alasan. Umumnya istri bekerja karena pendapatan suami kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga. Alhasil, istri pun membantu sang tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah.
"Ada pula yang memang sudah bekerja sejak sebelum menikah. Begitu menikah, ada yang tetap melanjutkan kariernya, ada pula yang yang memilih sendiri atau diminta berhenti oleh suami atau keluarga karena berbagai sebab. Misalnya, entah karena penghasilan suami sudah dapat mencukupi bahkan melebihi kebutuhan keluarga atau karena persiapan menghadapi kehamilan atau persalinan sang buah hati."
Yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan munculnya konflik dengan pasangan. Umumnya masalah yang timbul adalah ketika suami merasa istri yang berkarier di luar rumah lalai dalam perannya sebagai istri dan ibu. Istri tidak mampu membagi waktu dan konsentrasi antara kewajibannya dalam urusan rumah tangga dan pekerjaannya di luar rumah.
"Lalu, masalah lain timbul ketika istri ternyata lebih cemerlang dari suami, entah dalam hal karier, institusi tempat bekerja yang lebih bonafit, bahkan pendapatannya lebih tinggi dari suami. Ujung-ujungnya, suami merasa kurang percaya diri, merasa tersaingi, merasa kurang berperan sebagai kepala rumah tangga, serta masalah lain yang mungkin timbul dalam rumah tangga."
Konflik yang terus-menerus dan tidak ada penyelesaian antara suami dan istri tentu dapat menimbulkan efek negatif. Misalnya, hubungan suami istri jadi kurang harmonis, sering bertengkar, bahkan yang paling fatal adalah berujung pada perceraian. Masalah terakhir ini bisa berdampak pada anak-anak dan keluarga.
Hilman Hilmansyah
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR