TabloidNova.com - Data mengejutkan baru saja dirilis terkait soal gluten. Ternyata, 1 persen dari populasi masyarakat di Amerika dinyatakan menderita penyakit Celiac atau kelainan sistem kekebalan tubuh yang bisa merusak bagian usus halus akibat konsumsi gluten.
Parahnya, jika tidak ditangani secara cepat dan intens, risiko penyakit bahkan semakin serius dan menyebabkan diabetes, multiple sclerosis (MS), osteoporosis, ketidaksuburan, dan gangguan saraf lain seperti migrain, epilepsi, hingga kanker.
Sederhananya, gluten adalah suatu jenis protein yang terdapat dalam tepung, gandum, dan jelai (barley). Gandum termasuk yang paling tinggi kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80 persen dari total protein dalam tepung.
Gluten secara mudah bisa ditemukan dalam berbagai makanan, seperti pasta, sereal, biskuit, minuman bir (bir dibuat dari jelai), mayones, pastry, roti, saus kecap, dan sebagainya. Nah, jenis protein pada gluten ini yang menimbulkan alergi pada orang-orang tertentu. Sebanyak 20 juta orang pernah mengalami gejala depresi, konstipasi, kembung, diare, sesak napas, sakit kepala, hingga nyeri otot, akibat mengonsumsi gluten.
David Perlmutter, ahli saraf yang berbasis di Florida dan penulis buku "Grain Brain", mengungkapkan bahwa mengonsumsi gluten bisa memicu penyakit Alzheimer dan merusak sel otak jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Di Amerika, satu dari tiga orang dewasa sudah tak lagi mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Tidak heran, makanan dan kudapan yang bebas gluten membanjiri toko-toko makanan. Sebanyak 52 persen restoran di Amerika menghidangkan makanan bebas gluten tahun ini. Tak heran, industri makanan bebas gluten diperkirakan mencapai angka 16 trilyun pada 2016.
Namun, Dr. Peter Gibson, profesor gastroenterologi (masalah pencernaan) di Universitas Monash, Australia, merilis data terbaru yang mematahkan studinya pada 2011 yang mengaitkan gluten dengan gangguan lambung. Kesimpulannya, bukan gluten yang memicu gangguan lambung. Ketika itu, penelitian Gibson membantu gerakan masyarakat untuk menentang makanan mengandung gluten.
Nah, hasil penelitian Gibson terbaru, yang dimuat di jurnal Gastroenterology, menunjukkan bahwa pemicu penyakit yang berhubungan dengan usus bisa jadi FODMAP (oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol yang dapat beragi), bukan gluten.
FODMAP adalah senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang tidak diserap seluruhnya oleh jalur pencernaan, dan dapat difermentasikan dengan mudah oleh bakteri usus. Inilah yang menyebabkan nyeri perut, kembung, dan diare. Contoh FODMAP antara lain laktosa, produk-produk olahan kelapa, dan pemanis buatan.
Dalam studinya, Gibson menguji 37 relawan untuk mengonsumsi makanan yang bebas gluten dan bebas FODMAP. Mereka ini dipilih karena mereka mengira punya masalah dalam mencerna gluten. Namun ketika mereka diam-diam diberi makanan yang mengandung gluten, ternyata tidak ada efek buruk yang terjadi.
Kesimpulan Gibson itu memicu digelarnya berbagai studi lain mengenai kaitan gluten dengan masalah pencernaan. Selain itu, masyarakat tampaknya perlu mulai memerhatikan kandungan FODMAP dalam makanan mereka.
Ridho Nugroho / Yahoo Shine
KOMENTAR