"Tentu saja kami sekeluarga kaget Siwi jadi korban pembunuhan. Apa salah dia? Selama ini, dia tidak pernah menyakiti siapa pun," ujar Agus sedih.
Firasat Nasi Basi
Pelan tapi pasti, misteri hilangnya Siwi terkuak. Kepastian itu makin jelas ketika Minggu (16/8) polisi menggali makam Siwi yang dikubur seadanya. Selain untuk kepentingan otopsi, keluarga Agus sekaligus memastikan benar-tidaknya jasad Siwi.
"Wajahnya memang sudah rusak setelah dikubur sebulan lebih. Rupanya, saat Siwi hilang, sebenarnya dia sudah meninggal. Saya bisa mengenali dia dari cincin yang dipakai, bentuk jari, gigi, dan rambutnya yang ikal."
Selanjutnya, jasad Siwi dikebumikan di kampung halamannya di Kelurahan Sogan, Wates, Kulonprogo (DIY). "Ia dimakamkan tak jauh dari pusara orang tua kami," ujar bapak tiga anak ini.
Soal pengakuan Epih yang merasa kesal pada Siwi karena selalu ditagih utang, Agus mengatakan, "Sudah sepantasnya Siwi menagih. Dia perlu biaya karena mau kuliah lagi. Selain itu, perlu uang untuk membayar rumah sebelah yang baru dibelinya," tutur Agus yang meragukan pengakuan lain Epih bahwa ia didesak menikahi Siwi.
Agus juga bertutur, adiknya sangat baik, sayang keluarga. "Dia juga pekerja yang ulet. Beberapa bulan lalu, dia naik jabatan. Itu sebabnya, ia dapat mobil dinas." Adiknya yang lahir 21 Disember 1964 itu, juga sosok yang gigih. Hanya berbekal ijazah SMA, tahun 1982 ia menyusul kakak-kakaknya merantau ke Jakarta. Semula Siwi tinggal bersama kakak tertua di Depok. "Ia langsung diterima bekerja di PT SBN sampai kepergiannya. Setelah bisa beli rumah, ia memilih tinggal sendiri. Katanya, ingin mandiri," ujar Agus yang berharap pelaku dihukum berat.
Namun kalau sudah menyangkut soal pribadi, "Siwi cenderung tertutup. Termasuk hubungannya dengan teman pria. Saya tidak pernah berani menanyakannya. Yang saya tahu, dia pernah kecewa dengan lelaki. Dulu, sempat ada pria yang mendekatinya tapi belakangan ketahuan, pria itu sudah menikah."
Istri Agus, Yati, menambahkan, "Menjelang Lebaran seperti ini, saya jadi ingat, kami sekeluarga selalu mudik bersama satu mobil dan Siwi yang selalu menanggung biaya transpor serta makan."
Jelas, Lebaran kali ini mereka mudik tanpa Siwi. Perempuan mandiri itu sudah pergi untuk selamanya.
"Belakangan saya baru sadar, sebetulnya sudah dapat firasat," kata Yati. Nasi yang dimasaknya, tuturnya, "Sering basi, padahal masih panas karena habis matang. Anehnya, baunya enggak enak seperti nasi basi. Begitu terus beberapa kali. Saya sempat berpikir apa rice cooker-nya rusak. Ternyata..."
Henry Ismono
KOMENTAR