Wajah Daniere Irawati (43) terlihat sedih dan letih. Ia menyandarkan punggungnya ke sofa di RS MMC, Kuningan, Jakarta. Beberapa kali ia meneguk air mineral dari botol yang dipegangnya. Siang itu Daniere menunggui suaminya, Kevin Moore, warga negara Amerika Serikat yang menjadi salah satu korban bom JW Marriott. "Saya enggak berani ke dalam (ICU). Takut melihat darah," tuturnya.
Ibu dua anak ini bertutur, sang suami adalah Presiden Direktur Husky Oil Company di Jakarta. Kevin mengalami luka bakar di wajah dan lengan, sementara kakinya melepuh karena kemasukan sesuatu benda hingga harus dioperasi. "Dia sekarang di ruang ICU. Katanya harus dioperasi," tutur pemilik Rumah Busana Rach and Jass di kawasan Cipete, Jakarta Selatan ini.
Sebenarnya, kantor Kevin berada di Kemang. "Tapi sudah jadi kebiasaan, tiap hari Jumat para presdir mengadakan pertemuan di JW Marriott. Kadang-kadang saja di Hotel Four Season atau di Ritz Carlton."
Sulit Tidur
Ketika bom meledak, Daniere tengah berada di rumahnya, di kawasan Cipete. "Sekitar jam 08.00 saya ditelepon petugas RS MMC. Katanya, suami saya jadi korban ledakan bom. Bayangan saya, suami pasti luka parah. Saya langsung melihat di teve. Hanya sebentar, lalu segera ke rumah sakit. TIba di ruang ICU, suami saya bilang 'Saya tidak apa-apa. Baik-baik saja'. Padahal, di badannya ada banyak darah. Saya tahu dia pasti menahan sakit, tapi dia orangnya amat tegar. Tak mau membuat saya dan anak-anak khawatir," ujar Daniere yang dinikahi Kevin tahun 1993.
Daniere baru teringat, ada kejadian tak biasa sebelum suaminya jadi korban. "Saya dan anak-anak baru saja pulang dari Bali. Malam sebelum suami kena bom, si bungsu enggak bisa tidur. begitu juga saya. Padahal, setiap kali pulang dari luar kota, biasanya langsung tidur pulas. Entah kenapa malam itu tidak bisa. Jadi, pukul 23.30 saya salat tahajut. jam 04.00, saat mau salat Subuh, hati saya merasa enggak enak."
Rini Sulistyati
KOMENTAR