Tim, kata Hifni, adalah sosok Presdir yang baik dan ramah. "Bayangkan, seorang Presdir mau menyapa dan menanyakan kabar anak buahnya. Termasuk saya. Tim sudah bekerja selama 10 tahun, sama seperti saya," ujar Hifni yang menunggui proses otopsi bersama rekan-rekan dari Holcim.
Apalagi, tak satu pun keluarga Tim berada di Indonesia. "Dia sendirian di Jakarta. Anak-istrinya ada di Selandia Baru. Kasihan juga, kan, siapa lagi yang mengurus kalau bukan kami yang ada di sini," tutur Hifni yang mengetahui kabar Tim ketika baru sampai di kantor. "Tim selalu berpakaian rapi kalau bekerja. Ketika tewas, kondisinya tidak memakai baju sama sekali. Rupanya ledakan itu sangat keras hingga semua bajunya terlepas."
Sekitar pukul 20.30 akhirnya jenazah Tim dibawa ke Rumah Duka Dharmais. "Mungkin Sabtu jenazahnya akan dibawa ke rumahnya di Selandia Baru. Keluarganya tidak akan datang ke Jakarta, tapi mereka sudah tahu, kok. Mungkin ada satu teman yang menemani ke sana."
Terakhir bertemu, lanjut Hifni, beberapa hari yang lalu di saat pesta pernikahan seorang karyawan Holcim. "Di tempat resepsi saya menemani Tim karena dia datang ke pesta sendirian. Kami lebih banyak ngobrol masalah pekerjaan. Kalau bule, kan, enggan ditanya masalah keluarga, ya," kata Hifni yang sempat dimintai tolong Tim. "Dia minta saya bikin tim rescue untuk karyawan. Eh, ternyata dia sekarang malah ditolong," kenang Hifni sedih.
Noverita
KOMENTAR