NOVA.id – Sejatinya setiap orang telah merekam dalam alam bawah sadar mereka, bagaimana mereka dulu dibesarkan oleh orangtua.
Pengalaman ini pun ada yang diterapkan pada buah hatinya kelak.
Ada pula yang memilih pola asuh berbeda.
Rosalind Sedacca, seorang konsultan pola asuh anak dan perceraian di Amerika Serikat mengatakan, salah satu konflik yang dialami orangtua adalah tak adanya titik temu soal perbedaan pandangan mereka mengenai cara membesarkan anak.
(Baca juga : Yang Harus Diperhatikan Sebelum Memberi Gadget pada si Kecil)
Meski tujuannya untuk yang terbaik bagi si Kecil, tapi sebenarnya, hal-hal apa saja, sih, yang bisa meruncing jadi perdebatan panjang bahkan pertengkaran?
1. Pendidikan
Ketika si Kecil memasuki usia sekolah, Mam dan Dad sering membahas soal pendidikan terbaik.
Dimulai dari usia memulai sekolah, pilihan sekolah, lokasi, biaya dan sebagainya.
Perbedaan pun biasanya timbul.
Ada yang menganggap sekolah mana pun baik, yang penting si Kecil senang belajar dan bersosialisasi.
Tapi tak jarang ada juga salah satu pasangan yang ingin anaknya bersekolah di tempat terbaik hingga mendapat prestasi membanggakan.
Bahkan, kalau perlu ikut les ini-itu.
Mam ingin mengukur kepintaran si Kecil? Bisa dengan menggunakan Smart Strength Finder di Parenting Club.
2. Bad Cop VS Good Cop
Mungkin sejak kecil, Dad terdidik tegas dan disiplin, sementara Mam dibesarkan dengan penuh kelembutan. Atau bisa jadi sebaliknya.
Hal ini pun tercermin ketika mereka menyikapi perilaku si Kecil. Dad melarang, Mam membolehkan.
Dan yang jadi masalah adalah ketika keduanya ngotot pola asuh yang dianggap terbaik.
(Baca juga : Mam dan Dad Punya Pola Asuh Berbeda untuk Si Kecil? Simak Tips Berikut)
3. Kesehatan
Saat si Kecil demam yang tak kunjung turun, Mam panik dan ingin lekas ke dokter.
Sedangkan Dad menganggap kondisi itu belum darurat dan masih bisa ditangani dengan cara alami.
Tentu saja perbedaan ini berdasar pengalaman masing-masing saat dibesarkan dulu.
Termasuk apakah buah hati yang baru lahir perlu divaksin lengkap atau hanya jenis tertentu yang dianjurkan. Alasannya pun beragam.
(Baca juga : 6 Cara Ampuh untuk Membesarkan Anak Agar Pintar)
4. Pergaulan
Siapa orangtua yang tak mau anaknya mau dan mampu bergaul dengan beragam kalangan?
Faktanya, seringkali kita temui ucapan agar si Kecil pintar-pintar memilih teman hingga larangan jangan main dengan Si A atau Si B, yang mungkin memiliki latar belakang tak klop dengan pandangan kita sebagai orangtua.
Padahal, bisa jadi pasangan malah ingin si Kecil sejak kecil terbiasa menemui bermacam perbedaan untuk bekal pengalaman hidupnya saat dewasa.
(Baca juga : Begini Cara Mengasuh Anak Pemalu Agar Tidak Minder dalam Pergaulan)
5. Mainan dan Materi
Ada anggapan, orangtua rela melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.
Misalnya, dengan menghadiahi mainan mahal, membelikan pakaian bagus dan bermerek hingga gadget mumpuni, agar tak ketinggalan dengan teman-temannya.
Tapi, ada juga yang menolak bermacam benda yang dianggap memanjakan atau membuat buah hati terlena tersebut.
(Baca juga : Terkait Pola Asuh, Mengapa Orangtua Saling Bersaing?)
6. Campur Tangan Pihak Luar
Tak bisa dipungkiri jika pendapat orang di luar keluarga bisa membawa pengaruh dalam cara kita membesarkan si Kecil.
Jika saran tersebut sevisi mungkin bisa diterapkan, tapi bagaimana kalau bertentangan?
Misalnya, sang nenek kerapkali melarang anak bermain kotor-kotoran, sedangkan kita menilai hal itu bukan masalah besar.
Celakanya, jika pasangan malah tak mendukung kita soal ini.
(Baca juga : Jangan Larang Anak untuk Bergerak, Orangtua Malah Harus Bersyukur Punya Anak yang Tak Bisa Diam)
Kunci Kompromi
Tidak ada kata terlambat walaupun diskusi soal pola asuh ini tak dilakukan sebelum kita dan pasangan menjadi orangtua.
Yang penting pasangan tetap merasa dihargai dan dipahami.
Dan yakinlah bahwa pasangan juga punya niat yang baik untuk masa depan keluarga. Bagaimana memulainya?
1. Komunikasi
Agar bisa menemukan jalan tengah yang menenangkan pasangan, tentu Mam dan Dad perlu membicarakan hal ini hingga tuntas.
Sehingga bisa satu suara dan kompak dalam mengasuh si Kecil.
(Baca juga : Jangan Asal Tidur Siang, Perhatikan 4 Hal Ini Agar Waktu Tidur Anak Berkualitas)
2. Konsisten
Sebagai tim, Mam dan Dad harus kompak. Misalnya, dalam menerapkan disiplin.
Sekali ya, tetap harus, ya.
Jika ternyata ada perubahan sertai dengan alasan yang mudah dipahami.
Akan jauh lebih mudah bagi si Kecil untuk memahami aturan, konsekuensi, dan imbalan, jika kedua orangtua mencontohkannya secara konsisten.
(Baca juga : Orangtua, Anak yang Hobi Main Gadget Lebih Mudah Tertular Kutu! Waspada ya... )
3. Kritisi
Jika membolehkan atau melarang, apa efeknya pada si Kecil?
Bagaimana jika kita menempatkan diri sebagai anak?
Jangan sungkan juga meminta maaf pada si Kecil jika ternyata hasil keputusan kita sebagai orangtua keliru.
Dengan adanya refleksi diri seperti ini, tentu saja suami-istri akan semakin bijak untuk menyepakati peraturan dalam keluarga.
(Baca juga : Orangtua Perlu Lakukan Ini Demi Hindari Anak Jadi Pelaku Bully di Kemudian Hari)
4. Sepakati
Sebagai pribadi, apakah kita ingin menjadi sosok yang disegani atau ditakuti oleh si kecil?
Yang penting dalam hal ini, lanjutnya, bukanlah soal persamaan atau perbedaan.
Sebab, ayah dan ibu, bagaimanapun adalah dua orang yang berbeda sehingga meskipun pola asuhnya sama namun dalam penerapannya tak jarang akan berbeda juga.
Misalnya, Mam membolehkan si Kecil berbicara terbuka tapi dengan cara yang sopan.
Sementara Dad membolehkan si Kecil langsung berbicara kalau si Kecil tidak setuju pada suatu hal.
(Baca juga : 10 Cara Cegah Anak Mogok Sekolah, Nomor 6 Orangtua Sering Tak Sadar
5. Temui Pakar
Ada banyak cara untuk berkonsultasi terkait topik ini.
Selain mencari tahu sendiri lewat buku atau internet, menghadiri seminar parenting, sharing dalam grup parenting atau bisa juga menemui ahlinya di tempat konsultasi keluarga yang ada di kota kita.
(Baca juga : Penting, Salah Kasih Makan Anak Bisa Saja Alami Pubertas Dini, Ini Penjelasan dari Pakar)
Dampak Bagi Si Kecil
1. Bingung soal aturan mana yang harus ia ikuti.
Bagaimana sebaiknya ia bertindak hingga kepada siapa ia mengadu?
Buruknya lagi, jika anak lama-lama menilai perbedaan ini sebagai caranya untuk memanipulasi keadaan untuk menguntungkan dirinya.
2. Kurang Respek.
Ada orangtua yang merasa tak tega dan tanpa sadar ingin menjadi pahlawan di mata si Kecil ketika ia terbentur dengan sebuah larangan/peraturan.
Justru di situasi ini kita menjadi ‘penjahat’ bagi masa depan si Kecil. Mengapa?
Si Kecil akan tumbuh menjadi pribadi pembangkang yang tidak punya rasa hormat dan yang menganggap remeh peraturan, padahal semakin dewasa hidup kita dikelilingi oleh banyak peraturan.
3. Depresi dan cemas karena sering melihat konflik.
Serta merasa bersalah karena menyebabkan Mam dan Dad bertengkar.
Ingin tahu bagaimana cara mudah mengenalkan si Kecil pada aktivitas dan kegiatan sederhana?
Bisa dengan menggunakan Self Smart Activities di Parenting Club.
(Baca juga : Ini 4 Cara Mengatakan "Tidak" pada Anak)
4. Berpihak pada salah satu orangtua yang mendukung keinginannya.
Efeknya tentu saja hubungan anak dan Mam atau Dad bisa terganggu.
5. Rasa empati menurun karena sering melihat konflik ketimbang kasih sayang.
6. Kelak bisa menganggap pernikahan bukanlah hubungan yang ideal dan rasa tak ingin memiliki anak di kemudian hari.
Atau ia akan mengulangi hal yang sama ketika menjadi orangtua.
7. Di sisi lain, positifnya perbedaan ini asalkan tak jadi konflik mencolok bisa juga memberi si Kecil pandangan lebih luas.
Terutama soal nilai tertentu, terbiasa dengan adanya perbedaan, belajar berkompromi untuk menghasilkan hal yang baik bagi semua anggota keluarga.
Semua itu bisa terjadi asalkan orangtua tetap terlihat harmonis, suportif, dan kompak di depan anak.
Nah, kekompakan dengan suami demi mengasuh si Kecil tentu sangat diperlukan.
Jangan khawatir, Mam bisa mendapat banyak informasi seputar pola asuh di Parenting Club.
Cukup dengan registrasi saja, Mam dan Dad bisa memperoleh berbagai informasi dan simulasi untuk tumbuh kembang si Kecil.
Tak hanya itu, Mam dan Dad berkesempatan langsung mendapatkan voucher belanja sebesar Rp 50.000,00, jika segera mendaftarkan diri di Parenting Club!
(*) Ade Ryani HMK
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR