Sejak kecil aku sudah senang melihat hal yang berhubungan dengan sosial. Mama ingin mengajarkan aku, bagaimana harus bersyukur dengan segala sesuatu yang kita peroleh. Banyak orang cacat masih bisa bekerja, lalu kenapa kita yang normal malah merusak diri sendiri dengan mabuk-mabukan, misalnya. Mama juga guru meditasi dan belajar yoga. Mau tidak mau ada pengaruhnya yang aku serap.
Selain itu aku juga banyak belajar dengan Nenek. Beliau juga yang mengajarkan aku meramal pakai teh. Saat itu, Nenek bilang sebentar lagi dia "pergi", makanya aku diajari meramal pakai teh. Tapi aku malas-malasan. Waktu itu aku berfikir "Apaan, sih, ini pasti susah." Lama-lama aku berpikir, pasti suatu saat hal tersebut bermanfaat untukku.
Ternyata benar, karena awal karierku justru dimulai dari meramal dengan menggunakan media teh. Orang pun mengenalku dari ramalan teh. Sampai saat ini, aku sangat berterimakasih pada nenek.
Dari nenek pula, aku banyak belajar tentang falsafah hidup. Keluarga kami memang suka bermeditasi, makanya mereka bisa menjalani kehidupan dan bisa mengambil hikmah dari kehidupan. Hikmah itu enggak bisa diajarkan. Nenek bilang, "Kalau mengalami kesusahan, orang selalu mengambil sisi negatifnya saja. Tapi orang enggak pernah mengambil sesuatu dari kejadian itu. Siapa tahu setelah kesusahan itu bisa lebih baik. Jangan langsung protes ke Tuhan, karena suatu saat pasti akan diganti dengan yang lebih baik. Misalnya disakiti sahabat, akan diganti dengan sahabat yang baik." Itulah nasihat Nenek yang tidak pernah aku lupakan.
Sementara itu, prestasiku di sekolah kurang begitu bagus karena aku enggak bisa konsentrasi. Aku lebih senang melakukan kegiatan yang membuat jiwaku merasa bebas. Untuk menghilangkan ketakutan, aku lebih suka mengekspresikan ke hal-hal yang bersifat fisik dan seni. Jadi, bisa lebih mengeksplorasi jiwaku. Semua tekanan dan perasaan marah, malah bisa keluar karena kegiatan itu. Untungnya, semua mengarah ke hal-hal positif bukan negatif. Bisa dibilang sampai detik inipun, aku tidak pernah mencoba hal-hal negatif. Jika orang lain pernah merokok, minum-minum, aku enggak pernah begitu.
Cari Uang Sendiri
Sejak kecil aku sudah bisa mencari uang sendiri. Bahkan sejak SD aku sudah buka perpustakaan atau jual pernak-pernik. Mama lah yang mengajarkan semua hal itu. Karena itu, secara mental, aku sudah tahan banting. Aku enggak dimanjain Mama, tapi aku bisa menjalaninya dengan senang. Kesadaran itu datang sendiri, karena memang enggak bisa dipaksa. Syukurnya, aku selalu mau melakukan apa yang diajarkan Mama. Mencontoh apa yang diajarkan Mama.
Sampai sekarang, aku masih meneruskan kebiasaan yang diturunkan dari Mama. Aku selalu membawa anakku ke Panti Asuhan, biar mereka tahu enggak gampang mencari uang meskipun aku bisa membelikan apa yang dia mau. Biar mereka menghargai kehidupan, banyak bersyukur, menghargai orang tua. Bahkan saat anakku ulang tahun, dia ingin dirayakan secara sederhana di Panti Asuhan. Aku senang sekali apa yang aku contohkan, sudah bisa ditiru anakku.
Masa SMP dan SMA aku lalui di Semarang. Kegiatan nyanyi aku lakukan sejak SMP. Bahkan sampai juara nasional saat SMA lho. Waktu itu aku seangkatan dengan Nike Ardilla. Sempat juga aku bikin album, judulnya Galau. Kalau ditanya apa cita-citaku, aku sih ingin menjadi normal seperti orang lain. Aku sudah tahu risikonya punya kelebihan seperti aku. Pasti banyak yang akan mencela daripada memberikan pujian atau kata-kata baik.
Profesi peramal di agama apapun pasti sulit dan sering tidak diakui. Padahal sebenarnya kan bukan hanya masalah meramal dengan kata-kata saja. Aku juga mengajar orang bermeditasi. Aku ingin berbagi, karena sebenarnya semua yang dipikirkan manusia itu ada di alam bawah sadar kita.
Mengintip Isi Buku "Cabai Kering pada Khazanah Masakan Melayu", Ada Resep Sambal Bilis hingga Otak-otak
KOMENTAR