- Jadwalkan waktu bersantai untuk diri sendiri secara teratur. Jika sulit untuk mendapatkan waktu, bergabung dengan sebuah klub bersama-sama dengan orang tua lain dan buat semacam jadwal giliran menjaga anak. Jika Anda bisa memulihkan diri sekali-sekali, maka akan lebih mudah bagi Anda untuk merespon 'ledakan' anak. Tanggapan yang tenang akan membantu meredakan kemarahan anak . Sementara kemarahan Anda akan membuat anak Anda lebih marah.
Ingatlah, cara Anda mengelola perasaan marah sendiri akan berdampak pada bagaimana si kecil mengelola kemarahannya.
Jika anak mendengar Anda melempar makian pada pengemudi yang hanya memotong jalan, jangan heran jika kelak Anda mendengar anak melakukan penghinaan kepada saudaranya saat berebut mainan favorit.
Jika Anda merasa benar-benar tak dapat mengatasi, jangan lupa 'time out' juga berguna untuk orang dewasa. Pastikan anak Anda aman, lalu menyingkir sementara waktu untuk meredakan situasi. Tarik napas dalam-dalam dan perlahan katakan pada diri sendiri: "Tetap tenang!"
Tip 3: Terima Perasaan dan Arahkan Kembali Kemarahan
Prinsip
- Mengabaikan perasaan (misalnya "hei ini bukan masalah besar, tenang saja") dapat menjadi kontraproduktif. Anak dapat saja merasa semakin marah dan menyimpulkan jika dirinya tak dipahami.
- Rahasianya adalah: i) menerima dan mengakui perasaan marah anak dan, ii) arahkan dengan tepat untuk mengekspresikan emosi. Ketika perasaan diterima, anak akan merasa lebih dipahami, ketimbang mencoba meyakinkan Anda dari sudut pandang mereka. Ketika perasaan dapat diekspresikan, bangunan emosi di dalam dapat terhindarkan sehingga ledakan emosi menjadi lebih kecil kemungkinannya.
Apa yang Harus Dilakukan
- Mengidentifikasi dan utarakan perasaan yang ada di balik kemarahan anak
"Wow David, itukah yang membuatmu marah"
"Apakah kamu marah karena kita harus pulang sekarang?"
KOMENTAR