Kesepian mampu mengubah transkripsi DNA yang pada gilirannya mematikan respon inflamasi akan pemenuhan kebutuhan.
Studi yang dilakukan Dr Carla M Perissinotto dan koleganya di University of California, San Francisco, meneliti kasus kesepian pada 1.604 orang dewasa selama enam tahun. Hasilnya, mereka yang kesepian lebih mungkin kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi dan berpakaian, menggunakan lengan dan bahu mereka, juga naik tangga dan berjalan. Kesepian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian (selama masa studi).
Demensia
Sebuah penelitian di Belanda yang diterbitkan tahun lalu dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry menemukan, peserta yang melaporkan merasa kesepian (terlepas dari berapa banyak teman-teman dan keluarga di sekitar mereka) lebih mungkin mengembangkan demensia dibandingkan mereka yang hidup sendiri tetapi tidak kesepian .
Hampir 2.200 peserta berusia 65-86 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini selama tiga tahun menunjukkan tanda-tanda demensia di awal studi. Sekitar setengah dari mereka tinggal sendiri dan 20 persennya melaporkan merasa kesepian. Kesepian dapat menyebabkan kurangnya stimulasi sensorik dan kognitif yang pada gilirannya mengurangi kadar faktor pertumbuhan saraf di otak dan dapat menyebabkan demensia.
Nah, untuk mengantisipasi atau mengatasi masalah-masalah di atas, cobalah mencari kegiatan sosial yang dapat membantu mendorong kontak sosial. Misalnya, dengan menjadi relawan di dapur umum, membaca untuk orang buta, atau membantu di ruang kelas. Tindakan tersebut dapat menolong, membangun persahabatan baru, dan melawan perasaan kesendirian.
Ester Sondang
KOMENTAR