Mungkin Anda berpikir bahwa dengan sendirian Anda merasa jauh lebih tenang. Tapi hati-hati, loh, terbiasa dalam kondisi sendiri dan kesepian bisa mengakibatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis Anda terganggu.
Makan Lebih Banyak
Kesepian, kata John T Cacioppo, seorang psikolog pemenang penghargaan di University of Chicago, dapat merusak kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri. Dalam satu eksperimen ia mengutip, orang yang terputus secara sosial akan makan lebih banyak daripada orang yang diterima secara sosial.
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada orang dewasa setengah baya dan lebih tua di daerah Chicago, Cacioppo dan rekannya menemukan, secara psikologis mereka lebih sering mengkonsumsi makanan berlemak.
Cacioppo menjelaskan, orang yang kesepian cenderung melakukan apapun yang mereka bisa untuk membuat diri mereka merasa lebih baik. Mereka mungkin akan makan berlebihan, minum terlalu banyak, atau melakukan seks sembarangan.
Penyakit Serius
Sebuah tinjauan penelitian yang diterbitkan tahun 1988 menemukan, isolasi sosial memiliki faktor risiko yang setara dengan penyakit tekanan darah tinggi, obesitas, kurang olahraga, atau merokok. Bahkan, kesepian juga dapat mengganggu kesehatan dengan meningkatkan kadar hormon stres dan meningkatkan peradangan. Kerusakan ini dapat tersebar luas dan memengaruhi setiap sistem tubuh dan fungsi otak.
Lisa Jaremka, postdoctoral di Ohio State University, pada pertemuan tahunan Society for Personality and Social Psychology mengatakan, orang yang kesepian memiliki tingkat antibodi terhadap virus herpes tertentu. Virus dikatakan lebih aktif dalam sistem mereka. Malah dalam studi lain ditemukan, virusnya dapat menimbulkan peradangan dan menginduksi darah.
Peradangan kronis telah dikaitkan dengan penyakit jantung, arthritis, diabetes tipe 2, dan bahkan percobaan bunuh diri.
Orang yang kesepian juga bereaksi lebih kuat terhadap peristiwa negatif dan merasakan kehidupan sehari-hari menjadi lebih stres yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
Mengganggu Aktivitas Harian
Kesepian mampu mengubah transkripsi DNA yang pada gilirannya mematikan respon inflamasi akan pemenuhan kebutuhan.
Studi yang dilakukan Dr Carla M Perissinotto dan koleganya di University of California, San Francisco, meneliti kasus kesepian pada 1.604 orang dewasa selama enam tahun. Hasilnya, mereka yang kesepian lebih mungkin kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi dan berpakaian, menggunakan lengan dan bahu mereka, juga naik tangga dan berjalan. Kesepian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian (selama masa studi).
Demensia
Sebuah penelitian di Belanda yang diterbitkan tahun lalu dalam Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry menemukan, peserta yang melaporkan merasa kesepian (terlepas dari berapa banyak teman-teman dan keluarga di sekitar mereka) lebih mungkin mengembangkan demensia dibandingkan mereka yang hidup sendiri tetapi tidak kesepian .
Hampir 2.200 peserta berusia 65-86 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini selama tiga tahun menunjukkan tanda-tanda demensia di awal studi. Sekitar setengah dari mereka tinggal sendiri dan 20 persennya melaporkan merasa kesepian. Kesepian dapat menyebabkan kurangnya stimulasi sensorik dan kognitif yang pada gilirannya mengurangi kadar faktor pertumbuhan saraf di otak dan dapat menyebabkan demensia.
Nah, untuk mengantisipasi atau mengatasi masalah-masalah di atas, cobalah mencari kegiatan sosial yang dapat membantu mendorong kontak sosial. Misalnya, dengan menjadi relawan di dapur umum, membaca untuk orang buta, atau membantu di ruang kelas. Tindakan tersebut dapat menolong, membangun persahabatan baru, dan melawan perasaan kesendirian.
Ester Sondang
KOMENTAR