7 EFEK YANG HARUS DIWASPADAI
Anak-anak yang lebih senang berkegiatan pasif besar kemungkinan tak mencapai tahap-tahap perkembangan yang seharusnya ia tapaki. Kecuali jika orang tua cepat tanggap dan lekas memperbaiki diri. Kalau tidak, ujar Fifi, anak kurang mendapat pengalaman dan kesempatan emas yang mungkin akan sangat baik untuknya di kemudian hari.
Selain itu, tambahnya, ada hal-hal tertentu yang bisa kita lihat langsung, yang merupakan efek jika si kecil lebih pasif dari anak normal pada umumnya:
1. Motorik bayi tidak terstimulasi dengan baik. Bisa jadi perkembangan dan kemampuan motoriknya akan lebih jelek dari bayi normal lainya.
2. Karena kepasifannya itu, tentu si bayi tidak terstimulasi dengan baik dan lengkap untuk urusan sosialisi, kepekaan sosial, dan interaksi sosial. Kelak di usia berikutnya ia mungkin akan mengalami kesulitan dalam berteman, bergaul, sharing, mengerti orang lain, dan saling membantu.
3. Tak menutup kemungkinan ia tumbuh menjadi anak yang hanya mau enaknya saja alias selalu minta "disuapi". Mengapa? Karena ia selalu saja dikondisikan untuk menjadi penerima pasif.
4. Karena selalu anteng, seumpama pipis diam saja, lapar asyik saja, haus tak pernah protes, dan lainnya, maka kemungkinannya si kecil tak bisa mengenali diri sendiri, tidak tajam sensitivitasnya, dan kurang baik emosinya.
5. Bisa juga ia menjadi takut mencoba segala sesuatu yang baru.
6. Efek lainya yang mungkin saja terjadi adalah kekurangan gizi.
7. Lebih buruk lagi, ia punya suatu masalah neurologis. Empat masalah terakhir ini mesti ditangani oleh ahlinya jika sampai terjadi.
Memang, diakui Fifi, ketujuh efek tadi belum tentu terbawa si bayi hingga besar. Walau bagaimana pun, di usia 1-3 tahun nanti ia akan memasuki lingkungan yang lebih luas jika dimasukkan ke sebuah kelompok bermain, lalu di usia 3-5 tahun masuk TK, dan di usia 6-12 tahun masuk SD. "Jadi, perubahan-perubahan mungkin saja terjadi seiring bertambahnya usia dan pengalaman si anak."
Hanya saja, biasanya kecerdasan anak yang di masa bayinya pasif tidak akan setingkat dengan anak-anak yang banyak mendapat stimulasi aktif di masa bayinya. Maksudnya, anak-anak seperti ini tentu memiliki PR yang berat dan sulit untuk bisa mengejar ketertinggalanya. Ibarat, orang lain sudah ke bulan, dia baru belajar bikin pesawatnya dan menjadi astronot. Saat dia baru bisa sampai di bulan, orang lain malah sudah sampai planet Mars. Begitulah kondisi si kecil.
KOMENTAR