TabloidNova.com - Lima jenazah korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 teridentifikasi pada hari ke-51, tiga di antaranya berasal dari Malang dan dua dari Kota Surabaya, Jawa Timur.
Ketua Tim DVI RS Bhayangkara Polda Jatim Komisaris Besar Polisi dr Budiyono di Surabaya, Senin, (16/2/2015) mengatakan dengan teridentifikasi lima jenazah, total korban AirAsia yang teridentifikasi sudah 93 jenazah, dari 102 jenazah yang diterima RS Bhayangkara.
"Sisanya yang masih berada di ruang pendingin jenazah RS Bhayangkara sebanyak sembilan jenazah, terdiri dari lima jenazah cukup lengkap, dan empat hanya berupa bagian tubuh. Kini masih dilakukan pendalaman pemeriksaan," katanya.
Ia mengatakan lima jenazah yang teridentifikasi, masing-masing atas nama Ernawati, perempuan 54 tahun, Gusti Made Bobby Sudartha laki-laki (43) dan Cavin Biantoro laki-laki (16), ketiganya dari Malang, Jawa Timur.
Selain itu, Bobby Hartanto Winata laki-laki berusia 15 tahun dan Indah Diani perempuan 20 tahun, keduanya dari Surabaya, Jawa Timur.
"Untuk jenazah Ernawati yang berlabel B070 teridentifikasi dari data primer, yakni DNA dan pemeriksaan gigi korban dengan data pembanding temuan sikat gigi yang sama dengan hasil dengal record korban," katanya.
Untuk jenazah Gusti Made Bobby Sudartha teridentifikasi dari temuan data primer berupa DNA korban dengan pembanding sampel DNA ayah dan ibu korban.
"Jenazah Gusti juga teridentifikasi dari temuan KTP milik korban, sehingga bisa dipastikan jenazah itu adalah sebagai Gusti Made Bobby Sudartha," katanya.
Budiyono menyebutkan untuk jenazah lainnya mayoritas teridentifikasi dari contoh DNA milik orang tua korban, serta adanya data gigi korban dan pemeriksaan ante mortem yang sesuai dengan data sekunder, yakni usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Pada kesempatan sebelumnya, Kabid Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono pada Minggu (15/2) mengaku kesulitan mengidentifikasi sisa jenazah yang ada di RS Bhayangkara, karena karena kurangnya data DNA serta sebagian jenazah tidak utuh dan sulit dikenali.
Kompas.com/BBC Indonesia
KOMENTAR