Sadarkah Anda, betapa seringnya Anda dan suami lebih fokus mengurusi masalah sepele dalam rumah tangga sampai-sampai terjadi pertengkaran sengit. Nah, sebelum kita membahasnya lebih lanjut, coba cek dulu adakah di antara beberapa masalah sepele ini yang sering membuat hubungan Anda runyam dengan suami?
- Saat menggunakan bathub, istri selalu mengusahakan lantai kamar mandi tetap kering. Akan tetapi, ketika suami berusaha melakukannya, kamar mandi malah basah di mana-mana.
- Meski sudah diberitahu berkali-kali, suami tetap saja lupa mengangkat dudukan toilet duduk saat ia buang air kecil.
- Ketika memasuki rumah, suami selalu lupa melepaskan alas kaki atau malas mencuci kaki padahal Anda menganggap kebiasaan ini jorok.
- Usai menggunakan pasta gigi, suami tidak pernah menutupnya kembali. Akibatnya pasta gigi berceceran ke lantai atau wastafel.
- Suami memakai pasta gigi dengan cara mendorongnya dari tengah atau dekat pangkal tutup, sedangkan istri terbiasa mendorong pasta gigi dari bagian ujung dan menggulung tube-nya di bagian sudah kosong. Atau suami tidak mau memakai pasta gigi kalau tinggal sedikit dan akan langsung membuangnya. Menurut istri, itu pemborosan, karena sebenarnya pasta gigi masih bisa dipakai 5-6 kali lagi.
- Suami tidak pernah menutup laci atau pintu kembali setelah membukanya.
- Istri punya kebiasaan membeli barang-barang di luar kebutuhan sehingga menyebabkan masalah keuangan dalam rumah tangga mereka (over budget).
- Suami lebih suka istri memasak untuk sekali makan saja. Misalnya, masak untuk makan siang saja, nanti masak lagi untuk makan malam. Sementara istri lebih suka memasak untuk satu hari penuh dengan alasan menghemat waktu.
- Pasangan menyimpan handuk atau baju kotor di sembarang tempat.
- Istri selalu menuntut suami untuk mencatat pengeluarannya, sedangkan suaminya tidak memedulikan hal itu.
Jauh dari Harapan
Jika Anda pernah mengalami beberapa masalah sepele tadi, Elly Nagasaputra, family and life counselor dari www.konseling keluarga.com bertanya, "Mengapa hal remeh itu mengganggu bagi Anda?"
Waktu pacaran dulu dan pacar terlambat menjemput, Anda tidak marah. Atau, saat ia membawa Anda makan di restoran yang tidak Anda sukai, Anda bisa menerimanya. Namun setelah menikah, ketika pasangan melakukan hal di atas, Anda (bisa) marah besar.
Mengapa hal yang tadinya tidak menjadi masalah bagi Anda, sekarang menjadi masalah? Yang mulanya Anda selalu memprioritaskan pasangan, sekarang tidak?
Bagi Elly, perselisihan sebenarnya lumrah terjadi ketika dua manusia yang berbeda karakter dan kepribadian, latar belakang berbeda, cara dibesarkan berbeda, kultur dan pendidikan yang berbeda bersatu dalam satu pernikahan. Jika ada pasangan yang sering berdebat karena masalah sepele, ini biasanya terjadi karena harapan mereka pada pasangannya tidak tercapai. "Si Istri ingin suaminya melakukan A, tapi ternyata Si Suami malah melakukan B," terang Elly.
Jika ini tidak segera diatasi, mereka akan menghadapi konflik terus-menerus. Kemungkinan terburuknya, satu sama lain saling menjelekkan dan hubungan mereka pun semakin menjauh. Padahal jika hal remeh yang diperdebatkan tidak berhubungan dengan hal prinsip dan substansial, sebaiknya keduanya belajar untuk lebih toleran dan menerima pasangan apa adanya.
Harus Mau Dikritik
Membicarakan harapan kita terhadap pasangan sebelum menikah sangatlah penting, karena seperti diketahui bahwa pria dan wanita yang bersatu dalam pernikahan memiliki kepribadian yang berbeda. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pasangan, serta belajar untuk menerima kedua hal tersebut.
"Dari situ kita juga belajar meng-upgrade kelemahan kita dan membantu meng-upgrade kelemahan pasangan. Tujuannya adalah untuk menjadikan satu sama lain menjadi pribadi yang lebih baik untuk dirinya sendiri juga pasangan. Kalau masing-masing tidak mau berubah dan bertumbuh, mereka hanya akan saling menyakiti dan berselisih setiap waktu," ujar Elly.
Kalau Anda sudah menjalani bahtera rumah tangga, Anda harus bersedia dikoreksi. Kalau pasangan meminta agar Anda mengubah kebiasaan buruk, Anda jangan keras kepala dengan mengatakan, "Aku memang begini, jadi kamu harus terima aku apa adanya." Akan lebih baik jika Anda mengakui kekurangan dan berusaha memperbaikinya.
Mencari Penengah
Kebanyakan dari klien Elly, saat melakukan konseling, memang sering bercerita tentang masalah remeh yang sering dialami dengan pasangannya. Menurut Elly, persoalan remeh itu sengaja "diadakan" oleh pasangan untuk menguak masalah besar yang ada di balik itu. "Karena seharusnya, kan, hal remeh tidak menjadi pertengkaran, jadi pasti ada sesuatu di balik itu," ujar Elly.
Untungnya ada beberapa tahap yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal-hal remeh tersebut. Berikut saran Elly:
- Mencari tahu masalah sesungguhnya. Apa yang membuat Anda terganggu atau sebal kepada pasangan? Ibarat mengupas bawang, konselor mengupas lembar demi lembar bagian bawang untuk menemukan inti masalahnya.
- Biasanya hal-hal remeh "sengaja" diperdebatkan untuk mengutarakan masalah besar yang sedang terjadi dalam rumah tangga mereka. Misalnya, istri kesal karena suami diam-diam memberi uang ke keluarganya. Nah, hal-hal remeh inilah yang dijadikan percikan atau sumbu untuk menguak persoalan "besar" itu.
- Mencari tahu masalah kepribadian masing-masing pasangan. Misalnya, pasangan terlalu perfeksionis, cuek, pelupa, dan lain-lain. "Konseling itu, kan, mengubah, entah itu kebiasaan, pola pikir, atau perilaku. Masalah kepribadian ini bisa diubah dengan cara cognitive and behavior approach, yaitu untuk mencari tahu paradigma berpikir yang pasangan inginkan," jelas Elly.
- Bersama-sama mencari solusi untuk menyelaraskan perilaku dan pola pikir kita sesuai dengan yang pasangan inginkan.
- Proses konseling akan berhasil ketika masing-masing pasangan memiliki komitmen menjalankan langkah demi langkah di atas. "Itu mengapa konseling tidak bisa sekali, harus berkali-kali hingga tujuannya tercapai."
Bertengkar Sehat
Setiap pasangan adalah unik dan spesifik. Oleh karena itu, masing-masing pasangan harus menggali cara dan teknik terbaik yang bisa diterapkan dan menumbuhkan perubahan positif bagi pasangan. Memang tidak ada satu cara atau teknik yang baku untuk mengatasi hal ini, namun satu hal yang pasti adalah Anda bisa mengikuti cara berikut saat sedang berselisih paham dengan pasangan:
1 Tetapkan skala prioritas atas masalah yang dipertengkarkan. Jika persoalan kecil, jangan dibuat besar. Cukup bicarakan dengan santai. Jika persoalan penting dan prinsipil, maka harus dibicarakan hingga tuntas.
2 Pikirkan cara terbaik untuk menyampaikan keluhan Anda pada pasangan.
3 Pikirkan waktu terbaik untuk menyampaikan keluhan pada pasangan
4 Sodorkan solusi alternatif untuk didiskusikan dengan pasangan atas masalah kecil yang dipertengkarkan.
5 Dapatkan komitmen bersama akan apa yang akan dilakukan jika dikemudian hari menghadapi persoalan yang sama.
Prinsipnya adalah perselisihan hal-hal kecil harus diselesaikan dengan membawa solusi yang sehat dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. "Perselisihan kecil tapi menimbulkan pertengkaran yang menyakitkan sama sekali tidak membawa manfaat dan dampak positif bagi pertumbuhan dan kebahagiaan suami-istri," tutup Elly.
Ester Sondang
KOMENTAR