Di sisi lain, banyak orangtua yang menghibur anak dengan mengatakan bahwa, "Ayah pergi ke surga, Nak," "Pergi jauh" atau, "Tidur panjang." Hal ini, hanya akan membingungkan anak karena pikirannya sangat konkret. Bisa saja, lho, mereka akan menunggu atau mencari orang yang "pergi jauh" tadi.
Selain itu, menurut Hana, ucapan ini akan mendatangkan kesedihan yang mendalam. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya jujur, tidak emosional, serta menggunakan bahasa sederhana. Misalnya, "Ya, ayah meninggal karena sakit, Nak. Kamu sedih, ya? Ibu juga sedih, kok."
Hana lalu menambahkan bahwa perasaan sedih anak tidak selalu bisa cepat diusir. Akan tetapi, begitu kesedihannya usai, rasa itu pasti akan pergi.
Rasa Bersalah
Saat menemani anak yang berduka, orangtua tidak boleh mengabaikan kesedihan anak dan membiarkannya terlalu lama menumpuk di dalam hati. Begitu pula dengan meremehkan kesedihannya dan lalu mengangkatnya ke permukaan. "Anda harus meyakinkan anak bahwa kesedihan ini wajar dan dia selalu punya hak untuk mengekspresikannya dengan cara yang dia mau," lanjut Hana.
Anak-anak acapkali juga menyimpan perasaan bersalah menghadapi kematian orang yang mereka cintai. Misalnya, karena tidak pernah menjenguk Sang Ayah ketika sakit. "Apakah perasaan bersalah ini akan hilang? Tergantung sejauh mana orangtua memahami dan menerima (berempati, Red.) perasaan anak, tanpa menyalahkan," lanjut Hana.
Ingat, jika anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya dan orangtua tidak mampu berempati, maka perasaan kecewa bisa jadi akan terus terbawa. Mungkin saja, lho, anak akan mengungkapkannya lewat tindakan negatif.
Peluk Erat
Lima cara ini juga bisa membantu pemulihan anak yang sedang berduka:
? Lakukan aktivitas rutin seperti biasa.
? Atur kebersamaan anak dengan orang-orang yang dekat dengan mereka.
? Lebih sering memeluk anak karena hal ini akan membantu anak merasa nyaman.
KOMENTAR