Suka ngomong sebenarnya menunjukkan keterampilan berbahasa yang baik. Hal ini menimbulkan rasa percaya diri pada anak karena dengan mudah mampu berkomunikasi dengan siapa pun.
Perlu diketahui, di usia prasekolah perkembangan bahasa memang berkembang pesat. Tapi ini tentu tergantung pada seberapa besar stimulasi yang diterimanya dari lingkungannya. "Anak yang biasa diajak bicara, sering diajak ngobrol, akan pandai mengungkapkan ekspresinya, sehingga percaya dirinya tampak menonjol," tambah Evi.
Beda dengan anak yang jarang diajak ngobrol, menurut Evi, bisa saja si anak tetap bisa berbicara, tetapi kosakatanya terbatas. Cara dia mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan ide-idenya juga terbatas. "Segi nada, intonasi, mungkin tidak sekaya mereka yang selalu dirangsang untuk berbicara."
Itulah mengapa, anak harus dirangsang potensi bahasanya untuk selalu berbicara. "Jadi jangan salah, ngomong terus juga ada manfaatnya. Anak belajar perbendaharaan kata, makna kata, dan cara berbicara yang runtut. Anak, kan, kadang-kadang tidak runtut bila bercerita. Nah, dengan banyak berbicara, dia berlatih. Ada penempatan kata sambung dan sebagainya."
Jadi, biarlah anak terus berbicara untuk mengembangkan potensinya. Tapi, sekali lagi, ajarkan juga tatakrama dalam berbahasa. Bukankah bahasa menunjukkan bangsa? Artinya kesopanan, kedewasaan, dan kepribadiaan seseorang tercermin juga dari caranya berbicara.
BERIKAN TELADAN
Teladan sangat bermanfaat buat si kecil. Dengan contoh konkret dari orang tuanya, anak mudah menyerap sebuah perilaku. Ketika orang tua hendak mengajarkan bagaimana pentingnya memberi kesempatan pada lawan bicara, mulailah dari memberi kesempatan pada pasangan untuk berbicara. "Cara ini akan mengajari si kecil bahwa tidak mendominasi pembicaraan merupakan bagian dari tatakrama bergaul," ungkap Evi.
Jika ibu atau ayahnya selalu mendominasi pembicaraan, dan celakanya, tak ada konsekuensi apa-apa yang diterima oleh pasangannya, maka si anak akan belajar, "Wah, ternyata tidak apa-apa kalau ngomong terus." Tetapi keluarga ini lupa, di lingkungan luar, si anak bisa mendapat efek yang negatif. Dia bisa saja dijauhi teman-temannya karena dinilai egois. Meski mungkin teman-temannya belum mengerti konsep egois, anak kecil pun ingin dihargai. Tentu teman-temannya juga sebal kalau harus mendengar si kecil ngomong terus tanpa mau mendengarkan orang lain bicara.
Santi
KOMENTAR