Jauh-jauh dicari sampai ke luar kota, baru enam bulan bekerja di rumah, Si Bibi malah pulang ke kampung. Atau, sudah bekerja bertahun-tahun, ART masih saja tak mengerti tugasnya. Saking susahnya mendapatkan ART, akhirnya para ibu pun berpikir, "Yang penting ada asisten di rumah daripada tidak ada sama sekali". Padahal jika pemikiran ini diterapkan, bukan tak mungkin kekesalan meluap tiba-tiba dan Anda lepas kendali.
Butuh Waktu Lama
Psikolog Anna Surti Ariani, Psi., mengingatkan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang tidak bisa sekali jalan. "Selama proses pengubahan perilaku, entah itu suami atau ART, kita harus telaten dan konsisten," ujar Nina, panggilan akrabnya.
Misalnya Anda kesal karena ART sering menghabiskan makanan favorit keluarga tanpa meminta izin. Ngedumel dalam hati tak akan mengubah situasi menjadi lebih baik, justru Anda harus memberitahu letak kesalahannya. Caranya, beritahu ART dengan membawa makanan A yang sering ia habiskan. Lalu katakan, "Mbak boleh makan ini, asal bilang dulu kepada saya."
Nah, yang sering terjadi adalah ART "lupa" dan mengulangi kesalahannya. Ketika ini terjadi ulangi lagi langkah pertama. "Memang harus berulang kali dan diperlihatkan buktinya. Ada yang butuh waktu berbulan-bulan, sampai bertahun-tahun, lho!" ujar Nina.
Harus Konkret
Melakukan kembali pekerjaan ART ketika ia melakukan kesalahan juga bukan solusi. Misalnya mencuci sendiri piring yang dicuci ART namun masih kotor. "Dia tidak akan tahu kesalahannya dan tidak akan belajar," tegas Nina. Anda harus mengajak ia bicara sembari memperlihatkan piring yang masih kotor. "Mbak, lihat, deh, piringnya masih kotor. Tolong cuci lagi sampai bersih, ya." Lakukan ini sembari menjelaskan definisi bersih menurut Anda sehingga ia benar-benar mengerti.
Jika memang terdapat peraturan khusus, misalnya beberapa piranti makan dikhususkan untuk anggota keluarga, jelaskan pada ART dengan jelas. "Piring A sampai Piring D hanya boleh dipakai oleh keluarga, sementara Piring E untuk ART."
Melabeli setiap alat kebutuhan rumah tangga juga langkah konkret. Di botol A, beri label "Lantai Kamar Mandi", di sikat B, labeli "Khusus Bak". Dengan memperlihatkan bukti konkret, ART akan lebih paham. Ia juga tidak akan tersinggung asalkan Anda memberitahunya secara baik-baik. Dalam artian, tidak membentak, tidak memarahi, dan yang utama Anda harus sabar karena proses ini memakan waktu yang tak sebentar. "Jangan bosan mengingatkan," tambah Nina.
Tentukan Prioritas
Tak semua orang bisa langsung beradaptasi dengan peraturan di setiap rumah, tak semua anggota keluarga pun dengan mudah menerima kehadiran orang baru dengan segala kebiasaannya. Agar tak melulu dibuat kesal, Anda juga harus menentukan prioritas.
Apakah ART di rumah untuk menjaga anak selama Anda berdua bekerja atau membereskan urusan rumah tangga seperti bersih-bersih dan memasak? Ketika Anda memprioritaskan ART yang bisa menjaga anak-anak, masalah kebersihan hingga makanan di rumah pun bergeser ke bawah. "Kalau rumah kurang bersih, masih bisa dibersihkan, kan? Tapi, kalau masalah menjaga anak, kejujuran yang paling penting!" tegas Nina.
Adanya prioritas ini memungkinkan Anda untuk menyingkirkan masalah-masalah lain yang dianggap kurang penting. Sebut saja ketika uang belanja sudah habis sebelum waktunya, Nina menyarankan Anda berpikir positif, "Mungkin Si Bibi naik ojek ke pasarnya makanya uang belanja habis." Nina menegaskan, "Segala sesuatua jangan terlalu diribetin, jadi kita enggak stres juga, kan? Intinya, ketahui prioritas kita. Jika sudah dicapai oleh ART, ketika ada kesalahan lain, ditoleransi saja," saran Nina.
Bantuan Suami
Lantas di mana peran suami dalam masalah ini? Menurut Nina, suami bisa mengingatkan istri perihal tugas ART. Tentunya harus dengan manis dan lembut. Apalagi jika suami merasa hasil kerja ART dirasakan kurang bagus. Artinya, suami harus bisa menenangkan emosi. "Kadang-kadang yang memberatkan adalah ketika suami menekan istri, padahal istrinya juga pusing."
Suami juga bisa mengambil peran pada problem ART yang tidak bisa ditangani oleh istri. Sebut saja jika ART meminjam uang. Biasanya suami lebih pintar urusan negosiasi cara pembayaran utang termasuk jumlah uang yang boleh dipinjam, karena pria lebih mengedepankan logika. Dan, yang paling utama, suami bisa membantu istri untuk cooling down ketika istri mulai misuh-misuh ketika pembantu "berulah".
Astrid Isnawati
KOMENTAR