Sebenarnya, menurut Tri Bowo, ukuran subur-tidaknya pria, bukan dari banyak-sedikitnya air mani yang berhasil dipancarkannya, melainkan standar mutu sperma yang dapat membuahi sel telur. Air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi, jelasnya, belum tentu ada bibitnya. Pancaran yang terlihat kencang dan banyak pun, belum tentu mampu membuahi sel telur. Soalnya, sperma maupun sel telur juga harus bermutu bagus agar terjadi hasil pembuahan yang baik pula.
Melalui uji klinis di laboratorium bisa diketahui, bermutu-tidaknya sperma. Secara alamiah, untuk membuahi sel telur memang hanya dibutuhkan satu spermatozoa terbaik dari sekian juta yang dikeluarkan. Spermatozoa yang berkualitas baik, dalam satu ejakulasi minimal 2 ml dengan jumlah sperma lebih kurang 40 juta. Selain mutunya baik, sperma harus berjumlah sekitar 60 persen dari total keseluruhan.
Bentuk dan gerakan sperma juga punya peran penting. Gerakannya harus lurus dan cepat, tidak berbelok-belok atau malah diam. Sperma yang bagus tidak bakal menggumpal (aglutinasi) terus-menerus, melainkan mencair. Ini perlu agar bibit dapat bergerak sekaligus mampu menerobos keluar. Secara umum, sperma yang berkualitas baik memiliki bentuk kepala oval yang berguna untuk menembus dinding sel telur. Bila kepalanya gepeng, lonjong, segitiga, atau lancip, kesempatan untuk membuahi sel telur jadi lebih kecil.
Yang juga diperlukan adalah akrosom atau semacam tudung pada bagian kepala sperma yang berperan "menabrak" sel telur hingga membuat lubang tempat masuknya sperma. Jika tudung rusak berarti kualitas sperma kurang baik karena tak mampu menembus masuk sel telur.
MAKANAN BERGIZI
Untuk meningkatkan kualitas sperma, selain menghindari faktor penyebab ketidaksuburan, Tri Bowo menganjurkan makanan seimbang dari macam-macam sumber (mineral, protein, karbohidrat, lemak, air, dan vitamin). Makanan dengan kandungan protein yang baik, misalnya, merupakan bahan utama yang dibutuhkan dalam pembuatan bibit.
Vitamin dan mineral juga penting sebagai zat pengatur hormon dan enzim tubuh. Makan yang banyak mengandung mineral bisa meningkatkan kualitas sperma. Sedangkan seng (zinc), salah satu jenis mineral, berperan dalam pembentukan kadar plasma testoteron dan folicle stimulating hormone (FSH) yang meningkatkan produksi sperma. Seorang pria yang sering melakukan aktivitas seksual, sebaiknya mengonsumsi sumber makanan yang mengandung zinc (seng) yang terbuang saat ejakulasi. Antara lain terdapat di telur, daging, kecambah, kacang-kacangan, dan seafood.
Berbagai vitamin seperti A, B1, B6, B12, C, dan E juga diduga mampu menunjang aktivitas kehidupan seksual. Dari semua itu, vitamin E dianggap paling populer bisa meningkatkan kesuburan. Kandungan vitamin ini banyak ditemui dalam minyak nabati dan kecambah/tauge.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan, mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C ternyata bisa memperbaiki mutu sperma. Sperma umumnya mengandung 20-40 persen spermatozoa yang terbentuk abnormal akibat serangan radikal bebas. Nah, kerusakan sperma tadi amat berpeluang menurunkan tingkat kesuburan pria. Untuk meminimalkan prosentase sperma yang abnornal atau mengalami kerusakan, dianjurkan tidak melupakan vitamin C setiap hari dalam menunya.
MENGENDARA MOTOR
Aktivitas tertentu, seperti scot jump atau terlalu sering mengendarai motor, sering dituduh sebagai pengurang kesuburan pria. "Itu cuma mitos," tegas Tri Bowo. Bukan scot jump-nya yang mengganggu kesuburan, tapi mungkin saja saat melakukannya, si pria menggunakan celana ketat yang kelewat menekan testis lalu membuat suhu di sekitarnya meningkat.
Begitu juga dengan naik motor. Kalau kelewat sering, apalagi dengan bercelana ketat, bisa mengganggu kelancaran produksi sperma dalam testis. Untungnya, bentuk jok motor saat ini sudah didesain sedemikian rupa agar angin bisa meredam suhu. Jok bagian depan dibuat lebih rendah sehingga memungkinkan angin berhembus untuk menetralkan udara panas yang terbentuk.
Irfan
KOMENTAR