Baca berita tanpa iklan. Gabung Nova.id+

Ibunda Ben juga mengatakan, "Saya mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan kepada anak kami di telepon. Mengerikan sekali, apalagi ia tidak bisa bicara kepada kami."

Selanjutnya, ibunda Ben melanjutkan, "Dinas Sosial pun datang dan mengatakan bahwa mereka membutuhkan telepon untuk menghubungi polisi. Tak lama kemudian, dua anggota polisi pun tiba di rumah dan mulai mendobrak pintu kamar anak kami. Mereka sempat terlibat perebutan telepon dengan anak kami, hingga akhirnya telepon anak kami berhasil diambil polisi."

Peristiwa malam itu, kata ibunda Ben, sangat memukul dirinya. "Itu adalah hal yang paling mengerikan yang pernah saya lihat. Anak kami akhirnya menangis di sudut ruang. Malam itu yang ia inginkan hanyalah teleponnya kembali karena salah satu pelaku telah mengambil alih pikirannya, sehingga ia merasa tak bisa hilang kontak begitu saja dengan si pelaku."

Yang semakin membuat ibunda Ben terpukul adalah, di hari itu juga ia menemukan foto-foto diri anaknya di dalam laptopnya dalam berbagai pose telanjang. "Seorang petugas lalu bicara kepada anak kami secara pribadi dan mengatakan kepada kami bahwa anak kami telah terlibat secara seksual dengan empat orang."

Ibunda Ben mengaku, saat itu seolah dunia telah runtuh, setelah mendapati anak lelakinya menjadi budak seks di dunia maya. Ibunda Ben dan suaminya merasa telah terlempar ke dunia yang sama sekali tak dikenalnya. Mereka kemudian memaksa polisi untuk berusaha mengungkap kasus pedofilia yang telah menjadikan anak mereka korbannya.

Saat ini, Ben telah dirawat dan diberi dukungan setiap minggu dari Dinas Sosial. Namun sang bunda dan ayahnya saat ini masih merasa frustrasi lantaran polisi dianggap lambat dalam mengusut kasus yang menimpa putra mereka.

"Kami sudah tahu nama dan keberadaan salah satu orang yang telah menyiksa anak kami, tapi kenapa ia tidak ditahan sampai tujuh bulan kemudian?" ujar orangtua Ben dengan nada kecewa. "Sepanjang tahun ini kami hidup dengan orang yang kami tahu dan polisi pun tahu, tapi si pedofilia itu masih saja dibiarkan berkeliaran!"

Di sisi lain, ibunda Ben lega lantaran Ben sudah mendapatkan penanganan dari ahlinya. Ia berharap, Ben bisa kembali ke kehidupan keluarga mereka. "Ya, ini soal waktu, perlu konsistensi dan harus lebih menghargai pribadi Ben yang secara psikologis telah rusak secara mendalam."

Sementara itu, Tink Palmer, Kepala Eksekutif MCF yang telah mendukung keluarga Ben, ikut menjelaskan, "Saat ini, baik di Inggris dan internasional, respons terhadap kebutuhan anak korban dan keluarga pada umumnya ad hoc dan yang terutama, tidak memperhitungkan dampak yang terjadi pada si korban. Maka, visi kami adalah untuk meningkatkan pelayanan bagi korban dan keluarga mereka."

Apalagi, lanjut Tink, "Masih sangat sedikit studi yang dilakukan mengenai jumlah anak-anak yang dilecehkan melalui online, seperti apa sifatnya, dan bagaimana dampaknya terhadap korban. Selain itu, pemahaman kita tentang perilaku berisiko terhadap anak-anak secara online dan dampak pada perkembangan emosional mereka, masih sangat perlu dikembangkan lebih jauh lagi."

Sebab, Tink berpendapat, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini begitu pesat dan tak bisa dipungkiri akan berdampak pula kepada anak-anak, bahkan hingga membahayakan anak-anak secara seksual. "Yayasan kami akan melakukan kerja sama dengan mitra yang tepat serta melatih semua pekerja lini depan untuk membantu anak-anak yang dirugikan dalam hal ini."

Intan Y. Septiani/The Daily Mail


Halaman Sebelumnya


PROMOTED CONTENT

Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.

Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.

Penulis : nova.id
Editor : nova.id

KOMENTAR

Tag Popular

#wina Widodo

#eeng Wiratmaja

#athina Papadimitriou

#dhini Aminarti Hamil

#enrico Tambunan

#fibroadenoma Mammae

#tabloid Nova Terbaru

#lebaran 2024

#mudik Gratis

#tiket Mudik Gratis