Orgasme memang bukan cuma milik laki-laki. Tapi mengapa perempuan cenderung "mengalah" dan rela tak mencapai "puncak"?
"Ih rugi amat!" begitu komentar seorang teman saat diberi tahu bahwa banyak perempuan pura-pura orgasme saat berhubungan intim. Padahal sebenarnya mereka tidak merasakan apa-apa. Faktanya, lebih dari 50 persen perempuan Indonesia tidak pernah merasakan atau tahu apa itu orgasme. "Yang mereka tahu cuma, istri adalah pelayan di atas ranjang dan ketika berhubungan intim hanya suami yang harus terpuaskan tanpa perlu memikirkan kepuasan istri," demikian hasil penelitian yang dikemukakan konsultan masalah seks, Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, DSRM, MKes. (MMR), dari RS Persahabatan, Jakarta Timur.
Sementara psikolog rumah tangga, Dra. Clara. I. Kriswanto, MA., dari Jagadnita Consulting Services, Jakarta, menjelaskan ada beberapa alasan mengapa istri mau berpura-pura orgasme. Pertama, kemungkinan sang istri ingin menyenangkan suami. Bila suami ingin proses yang cepat (quick sex) maka istri ingin mengimbangi suami dengan cara pura-pura orgasme. Jika tidak, hubungan intim harus dilakukan lebih lama padahal istri takut kalau suaminya malah tidak senang dan melakukannya dengan keterpaksaan.
Kedua, istri tidak ingin diketahui oleh suami bahwa dirinya belum mencapai orgasme. Hal ini bisa disebabkan ketidakpercayaan dirinya. Ia takut dianggap tidak "selevel" dengan suami dalam keahlian bercinta. Bisa juga karena pada dasarnya istri adalah tipe perempuan yang sulit mencapai orgasme sehingga butuh waktu berhubungan intim lebih lama.
Ketiga, ada istri yang sebenarnya tidak siap berhubungan intim pada saat itu. Namun karena merasa hal ini kewajiban, dia terpaksa melakukannya. Akhirnya, istri ingin cepat selesai sehingga dia pun merasa perlu untuk berpura-pura. Bisa juga, istri merasa hubungan intim adalah hal yang membosankan sehingga dia malas melakukannya lama-lama. Dengan berpura-pura orgasme diharapkan suami juga akan lebih cepat selesai dengannya, dan terpenuhilah kewajibannya sebagai istri.
SEGERA DIKOMUNIKASIKAN
Menurut Clara, bila kepura-puraan hanya berlangsung sesekali dan atas kemauan istri, mungkin hal itu tidak akan jadi masalah. Namun bila berlanjut tentu dapat menggoyang biduk rumah tangga. Bagaimanapun juga, orgasme merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam berhubungan intim. Bila tidak berhasil akan memunculkan mekanisme kebutuhan yang dipendam. "Kebutuhan-kebutuhan ini akan menumpuk, yang pada akhirnya menyebabkan frustrasi pada si istri," ungkap Clara.
Bayangkan, kebutuhan biologis adalah sesuatu yang harus tersalurkan dengan baik. Kalau dipendam terus akan memuncak dan menimbulkan ledakan pada kondisi psikologis. Ditambah lagi, bila istri sudah hampir mencapai puncak kemudian dihentikan begitu saja tentu hal ini akan menimbulkan kekecewaan yang sangat besar.
Untuk menyalurkan kebutuhan yang tidak tersalurkan ini, mungkin saja istri melakukan masturbasi. Padahal jika masturbasi menjadi kebiasaan, maka hubungan suami istri kemungkinan akan dianggap tidak penting lagi. Hubungan intim yang seharusnya dapat dinikmati bersama malah dijadikan rutinitas membosankan dan dianggap sebagai kewajiban istri belaka.
Seharusnya, istri menggunakan haknya untuk mendapatkan kenikmatan berhubungan intim. Toh, kenikmatan ini bukan hanya milik suami tetapi juga istri. Caranya dengan membicarakan secara intensif apa yang dialaminya selama ini. Bicarakan baik-baik apa yang menjadi keinginan istri dalam berhubungan intim agar dapat menikmati dan mencapai orgasme. Dalam hal ini, kerja sama antara istri dan suami sangat dibutuhkan. Mungkin dengan menyepakati gaya, cara, dan teknik berhubungan intim, keduanya bisa mencapai kenikmatan bersama.
Bila kepura-puraan terus dibiarkan dan komunikasi tidak segera dilakukan, menurut Clara, hal ini bisa menjadi salah satu pemicu timbulnya pertikaian sehingga perceraian mungkin saja terjadi. "Yang terbaik memang berterus terang mengemukakan secara terbuka dan menunjukkan sikap mau 'belajar bersama' dengan suami. Suami juga tidak boleh egois tapi mau mendengarkan keluhan istri dan bersikap mendukung untuk membantu istri dalam 'belajar', sehingga mencapai kepuasan bersama," papar Clara.
FOREPLAY DULU DONG
Namun, tidak selamanya masalah orgasme pada istri merupakan kesalahan suami. Memang ada perempuan yang sulit orgasme. Mungkin karena sebelumnya istri pernah punya pengalaman tidak menyenangkan yang berkaitan dengan hubungan intim. Hal ini tentu tidak bisa ditangani sendiri melainkan harus dengan bantuan ahli.
Selain keterbukaan, agar kenikmatan bisa dicapai bersama, Ferryal menganjurkan untuk melakukan pola hubungan seks teratur, mulai dari fase foreplay atau pemanasan, persetubuhan itu sendiri, dan afterplay .
Menurut Ferryal, foreplay sangat dibutuhkan untuk membangkitkan rangsangan agar keduanya siap dalam melakukan hubungan intim. Rangsangan ini terutama dilakukan terhadap istri karena umumnya peningkatan libido pada perempuan lebih lama dibandingkan pria. Bila tanpa foreplay atau pemanasan berhenti sebelum lubrikasi terjadi, mungkin istri yang merasa tak nyaman sulit menikmati seks itu bersama suami. Tak mustahil istri tidak dapat mencapai orgasme dan ujung-ujungnya, ketika ditanya suami dia pura-pura mengalami orgasme.
Jadi saat melakukan hubungan intim sebaiknya lakukan apa yang menjadi keinginan bersama, bukan hanya keinginan suami. Kemudian lakukan dengan tenang dan relaks, konsentrasi, kuasai diri, dan tidak menggebu-gebu. Jangan lupa, lakukan semuanya dengan tuntas, yakni suami dan istri mencapai orgasme. Dengan begitu kenikmatan bisa dialami bersama.
Fase terakhir adalah afterplay. Mungkin banyak suami yang langsung tidur setelah dia terpuaskan tanpa memedulikan istrinya. Hal ini kata Ferryal, merupakan tindakan keliru. Sebaiknya lakukan dahulu apa yang disebut afterplay sambil saling memeluk dan mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, misalnya "Kamu hebat deh!" Lakukan hal ini selama 2-3 menit. Tak hanya suami, istri pun demikian.
Yang perlu diperhatikan, hubungan intim bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan. Yang penting baik suami dan istri sedang sama-sama siap "tempur". Bila memang istri sedang tidak mood, karena sedang sakit atau mungkin letih akibat kerjaan menumpuk, sebaiknya jangan dipaksakan. Begitu juga bila suami tak siap. Barulah jika Anda dan pasangan menginginkannya..., tunggu apa lagi?
CIRI-CIRI ORGASME PADA PEREMPUAN
Meskipun agak sulit untuk mengetahui terjadinya orgasme pada perempuan, namun sebenarnya ada beberapa ciri yang menurut Ferryal bisa menjadi tanda kalau perempuan sedang mengalami orgasme. Saat orgasme, perempuan akan mengalami kekakuan pada otot-otot tertentu, terutama di sekitar pelvis (panggul), termasuk daerah genitalnya. Selain itu, akan muncul suara erangan, desahan, atau bahkan teriakan. Namun, ciri yang terakhir tidak selalu muncul karena banyak perempuan yang mencoba menahan erangan atau desahannya, mungkin karena malu atau takut didengar orang lain. Padahal, pengekspresian libido yang sedang memuncak, dengan erangan, desahan, atau teriakan bisa meningkatkan kenikmatan.
Irfan Hasuki
KOMENTAR