"Tapi nanti, begitu ia masuk play group, ia akan banyak mendapat masukan yang mungkin berbeda. Ia akan bisa berubah, namun karakteristik dasarnya akan masih tampak." Dengan demikian, bila anak sulit diasuh oleh orang tua yang cenderung sabar dan konsisten, maka akan lebih besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi pribadi yang jauh lebih baik atau lebih sehat ketimbang anak sulit dengan pola asuh otoritatif atau malah permisif. "Pada anak sulit yang pola asuhnya kurang mendukung, kemungkinan untuk mengalami gangguan-gangguan kepribadian akan jauh lebih besar daripada anak tipe lainnya," tutur Farida.
Apalagi, tambahnya, anak sulit biasanya lebih banyak mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan, penyesuaian dirinya terhambat, sulit untuk berkembang dengan baik, dan bahkan bisa saja mengalami kelainan kepribadian. "Tapi jika sejak anak masih kecil orang tua sudah mau jeli melihat anaknya seperti apa, ia akan bisa mengubah pola asuhnya untuk 'mengubah' temperamen anak." Jadi, bagaimana kita memperlakukan sang buah hati akan banyak berpengaruh terhadap temperamennya kelak.
"Kalau kita mau menerapkan pola asuh dan disiplin yang lebih sesuai pada anak sulit akan membantunya untuk merasa lebih diterima oleh lingkungannya, sehingga ia tak akan mengalami masalah-masalah dalam hidupnya." Bukankah di usia ini perasaan dihargai, diterima, dan dibutuhkan di mana anak berada merupakan pondasi untuk mengembangkan hubungan sosial yang rasanya aman? Dengan kata lain, si sulit akan lebih percaya diri, emosinya lebih sehat, dan lebih mudah untuk mengembangkan attachment di masa kecil kalau memang lingkungan memperlakukannya dengan tepat. Begitu pula dengan anak lambat, ia akan berkembang menjadi lebih baik; sementara si mudah akan semakin memiliki kepribadian yang bagus.
JANGAN BERI LABEL
Tentu akan lebih baik bila orang tua telah mengenali temperamen anaknya sejak berusia bayi sehingga bisa diarahkan sejak dini. Namun begitu, belumlah terlambat jika di usia ini kita baru "menyadari" bagaimana temperamen si kecil. Masih bisa diperbaiki, kok," ujar Farida seraya melanjutkan, "Jangankan yang masih batita, orang dewasa sekalipun masih mungkin berubah selama ia memang merasa bahwa ia harus berubah dan lingkungan men-support. Hanya memang tak akan seefektif ketika ia masih bayi atau batita."
Jadi, Bu-Pak, tak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Kita masih bisa "membentuk" si kecil di usia ini untuk memiliki pribadi yang bagus. Caranya antara lain dengan pendidikan, dialog, dan modeling. Apalagi, tutur Farida, temperamen sudah muncul secara bakat; tinggal bagaimana kita mengasahnya. Itulah mengapa, sejak anak lahir sebaiknya orang tua melibatkan tak hanya fisik dalam merawat dan mengasuh tapi juga mengembangkan semua indera yang kita miliki untuk bisa mengamati si kecil.
"Kalau kita peka mengamati anak, maka kita akan tahu persis apa kebutuhannya dan karakteristik anak. Diharapkan kita bisa menyesuaikan atau memberikan sesuai dengan kebutuhan anak." Misalnya, memberi stimulasi yang lebih tepat seperti dalam pemilihan alat-alat bermain atau buku-buku cerita. Pada anak sulit, karena emosi atau konsentrasinya tak sebagus anak mudah, kita bisa memberikan mainan-mainan yang membuatnya jauh lebih tenang atau lebih menyalurkan emosinya secara sehat. Misalnya, menggambar. "Bisa juga diberi mainan-mainan untuk melatih konsentrasi. Ini juga akan menurunkan level aktivitas yang lebih."
Kemudian, merangsang anak untuk banyak bergaul karena adaptasinya terhadap perubahan dan situasi baru agak sulit. "Jadi, jangan biarkan anak bermain hanya di rumah tapi perbanyaklah interaksi dengan teman-temannya." Yang juga penting, jangan memberi label/stigma/cap kepada anak. Misalnya, "Kamu memang bandel!" kepada si sulit. "Pemberian label akan membuat anak merasa dirinya memang bandel dan membuat orang tua putus asa dalam mengasuh anak. Akibatnya, anak akan semakin sulit," terang Farida mengakhiri.
HIDUP NYAMAN BERSAMA SI SULIT
Memang, tak mudah hidup dengan anak yang sulit. Kita sering dibuat merasa kesal serta marah, dan tak jarang sampai kehilangan kendali diri. Tapi sebenarnya kita bisa, kok, merasa nyaman menjalani hari-hari bersama si sulit. Nah, bagaimana caranya? Sejumlah tips berikut semoga dapat membantu.
* Beri ia banyak kesempatan bermain di luar rumah untuk menyalurkan aktivitas motoriknya yang sangat tinggi, namun tetap harus diberikan aturan/batasan dan pengawasan demi keamanannya.
Bila ia melanggar aturan/batasan tersebut berilah konsekuensi agar aktivitasnya yang tinggi tak berubah menjadi tingkah laku yang tak terkendali. Sebaliknya, pujilah ia ketika menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan/batasan tersebut.
KOMENTAR