Gangguan pada pabrik sperma juga bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya karena kebiasaan. "Misalnya pakai celana dobel, sehingga buah pelir jadi panas. Atau memakai celana yang sangat ketat, sehingga kantung buah pelir malah lekat ke tubuh, sehingga temperatur naik. Kalau temperatur pada testis lebih panas, maka kualitas sperma yang diproduksi pun akan menurun. Sama seperti kita bekerja dalam ruang kerja yang panas karena AC mati, pasti kualitas kerja akan menurun," terang Nugroho.
Selain kebiasaan, bisa juga karena pekerjaan. Misalnya tukang masak, supir bus umum yang mesin busnya terbuka di samping tempat duduk supir, dan sebagainya. "Suhu buah pelir jadi lebih panas, akibatnya kualitas spermanya turun."
Gangguan pada pabrik sperma bisa juga disebabkan penyakit yang menyertai maupun penyakit bawaan. Penyakit yang paling banyak menyertai orang dengan gangguan sperma adalah pelebaran pembuluh darah balik di sekitar testis (plexus spermatikus) yang disebut varicocel Atau kantung pelir terlalu tebal akibat peradangan kulit.
"Sehingga suhu yang harusnya lebih dingin karena ada ventilasi, jadi lebih panas. Itu sebabnya kantung pelir bentuknya berlekuk-lekuk. Tujuan lekuk itu untuk membuang panas, seperti radiator mobil."
Selain gangguan pada pabriknya, kualitas sperma juga bisa menurun karena adanya gangguan pada hormon. Kalau hormonnya tidak sempurna, pasti akan terjadi gangguan. "Bisa juga karena ada gangguan pada saluran sperma. Kalau salurannya tersumbat atau terinfeksi, sperma, kan, nggak bisa keluar, sama seperti pria yang divasektomi. Atau tersumbat sebagian, sehingga keluarnya tidak banyak. Seperti jalan tol, kalau ada mobil atau truk yang mogok, pasti jalannya jadi terganggu juga," kata Nugroho.
Yang juga bisa menjadi penyebab adalah gangguan pada semen (cairannya). Misalnya, akibat peradangan pada kelenjar prostat. "Gangguan lainnya misalnya gangguan deposit sperma, seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini yang berat, serta gangguan psikologis yang nantinya bisa berpengaruh pada hormonalnya," kata Nugroho.
Salah Interpretasi
Selain penyebab di atas, yang juga harus dijaga adalah gaya hidup. "Agar sperma berkualitas, gaya hidup harus bagus," kata Nugroho menyarankan. Gaya hidup yang sehat antara lain istirahat cukup dalam sehari, lebih kurang 7 jam. Juga, olahraga secara teratur, seminggu 3 kali dengan spasi satu hari.
Yang tak kalah penting adalah makan berimbang. "Tidak makan berlebihan. Ada mitos yang mengatakan, kalau pingin subur, banyak-banyak makan kepiting atau kerang. Ini salah, karena kalau kebanyakan, justru tidak subur karena terjadi gangguan kesehatan. Misalnya kolesterol berlebihan atau gula darah jadi bermasalah."
Gaya hidup lain yang harus dihindari misalnya merokok atau konsumsi alkohol. "Kalau gaya hidupnya terjaga baik, umumnya nggak ada masalah, kecuali kalau ada penyakit yang menyertainya."
Selain gaya hidup sehat, yang juga harus dipahami dan diperhatikan adalah pentingnya menjaga suhu testis. "Suhu dalam testis harus dijaga supaya tidak lebih panas/dingin dari yang seharusnya," kata Nugroho. "Pria sebaiknya juga tidak menginterpretasikan kualitas spermanya sendiri." Misalnya menganggap spermanya encer atau kental. "Sperma encer sebetulnya tidak ada. Yang ada adalah kelainan yang berhubungan dengan jumlah, gerak, dan bentuk seperti disebut di atas," lanjut Nugroho.
Pria menginterpretasikan spermanya sendiri, lanjut Nugroho, biasanya karena merasa bersalah. Misalnya, sering melakukan masturbasi. "Mitos bahwa masturbasi bikin sperma turun, bikin loyo, bikin lutut keropos, memang masih sangat kuat. Padahal, itu salah. Masturbasi sama sekali tidak mengganggu kesuburan maupun kesehatan. Sperma juga tidak akan habis hanya karena masturbasi. Sperma itu, kan, dibikin terus-menerus," kata Nugroho.
KOMENTAR