Dengan kata lain, keinginan harus muncul dari dalam diri anak oleh adanya satu kebutuhan. Mungkin awalnya si anak tak berminat, tapi setelah melihat teman-temannya saling berbicara pakai bahasa Inggris, ia lantas tertarik, "Ah, aku mau juga. Aku, kan, ingin main sama mereka. Jadi, aku harus bisa, dong."
Orang tua pun, lanjut Dieny, sebisa mungkin memberikan banyak rangsangan di rumah sehingga anak akan menguasai lebih cepat. Jangan hanya mengandalkan "sekolah". Memang ada anak yang meskipun di rumahnya tak mendapatkan rangsangan, tetap bisa. "Itu karena si anak suka sekali, sehingga cepat menyerap apa yang diterimanya di 'sekolah' dan mengimplementasikannya di rumah. Ia akan coba bicara di rumah apa yang ia dengar di 'sekolah' tadi," ungkap anggota International Council of Psychology ini.
Tapi bila si anak tak berminat dan di rumah pun tak dirangsang, menurut Dieny, ia akan lebih lambat menyerapnya. Dan perangsangan sebaiknya terus dilakukan sampai tiba waktunya atau si anak siap untuk belajar secara formal, mengingat bahasa Inggris di Sekolah Dasar, umumnya baru diajarkan di kelas 3 atau 4.
"Bisa saja setelah anak 'lulus' TK dan bahasa Inggrisnya tak dirangsang lagi, ia lalu jadi lupa," ujar Dieny. Kendati demikian, lanjutnya, saat si anak mulai belajar lagi secara formal, ingatannya akan kembali muncul meski hanya untuk yang berkesan saja. "Paling tidak, pronounciation-nya sudah terbentuk dengan baik," tandas Dieny. Ini jelas akan sangat membantu si anak ketimbang yang tak pernah mendapatkan perangsangan sama sekali.
Nah, tunggu apa lagi? Segeralah mulai memperkenalkan bahasa asing pada si kecil.
Julie Erikania/nakita
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR