Tak perlu pula kita memperlihatkan rasa cemas yang berlebihan (takut dia nakal di kelas atau tak patuh). Soalnya, ini bisa menular ke anak. Anak jadi merasa, ayah atau ibunya tak percaya padanya. Akhirnya, si anak jadi tak percaya diri.
Akan halnya anak introvert (tertutup) yang biasanya kalem, tak mudah bergaul, suka takut-takut, tentu saja orang tua harus lebih banyak memberikan dorongan agar rasa percaya diri anak lebih kuat. Menghadapi anak macam ini, kita harus lebih sabar. Jangan paksa ia main dengan teman barunya. Jangankan main, kenalan pun, belum tentu ia berani. Kita yang harus berinisiatif memperkenalkan si anak pada teman-teman barunya. Bersikaplah sabar jika si kecil belum mau berkenalan dengan teman barunya dan jangan pernah bosan memberinya dukungan.
DIANTAR
Agar si kecil mantap ke "sekolah", Gerda minta para orang tua untuk mengantarkan anaknya pada hari pertama. "Antar anak dengan senyum. Memang kelihatannya hal kecil, tapi bagi anak sangat berarti. Ada suatu kebanggaan bahwa dirinya sudah besar, bisa 'sekolah' dan punya teman-teman," tuturnya.
Si kecil pun bangga bisa pergi dengan orang tua ke "sekolah". Kelak, anak pun akan melakukan hal serupa pada generasi berikutnya. Makanya, tandas Gerda, "Jangan sekali-kali orangtua tidak menyempatkan diri mengantarkan anak pada hari pertama 'sekolah'."
Jika kemudian ia tak mau lepas dari Anda, tak apa. Tak perlu pula dimarahi karena ia akan semakin takut. Anak yang memiliki rasa cemas tinggi, lanjut Gerda, merasa sang ibu adalah miliknya. Makanya, ia tak mau lepas dari sang ibu. "Nah, yakinkanlah dia, di sekolah ada ibu guru sebagai pengganti ibu dan sekolah amat menyenangkan karena ia bisa belajar sambil bermain bersama teman-teman," tuturnya.
Tak perlu pula memberi reaksi berlebihan jika anak menangis. "Kalau sudah ditinggal, anak juga berhenti menangis, kok," tukas Gerda. Atau katakan padanya, "Mama menunggu di luar kelasmu." Setelah seminggu berlalu, kalau ia sudah bisa ditinggal, "Tak perlu lagi ditunggui. Sebagai orang tua, kita harus percaya pada sekolah dan untuk sekian jam, melepaskan tanggung jawab pada guru," kata mantan guru SPG ini.
PENDENGAR YANG BAIK
Sepulang sekolah (di hari pertama), Gerda menganjurkan orang tua menjemput anak di luar kelas. "Soalnya, ia bisa merasa takut jika melihat teman lainnya sudah dijemput. Di sisi lain, anak akan merasa aman secara psikologis," terangnya.
Tanyakan padanya tentang kegiatan di hari pertamanya, bagaimana perasaannya, permainan apa saja yang dilakukannya bersama teman-temannya, dan sebagainya. "Kalau dia melakukan hal-hal yang baik, beri pujian. Sebaliknya, bila ada hal-hal yang kurang baik, jelaskan bagaimana harusnya ia bersikap. Dengan begitu, anak akan merasa didukung, dihargai. Ia pun dilatih untuk terbuka dan mengekspresikan perasaannya," tutur Gerda.
Bila anak dibiasakan seperti itu, lama-lama dia akan dengan spontan menceritakan apa yang dialaminya sekolah. "Ma, tadi aku menggambar kapal terbang," atau, "Ma, tadi si Nia nangis dicubit sama si Adit," dan sebagainya. Untuk itu, kata Gerda, "Jadilah pendengar yang baik dan beri anak kesempatan bercerita."
Setelah anak berhasil melalui hari-hari pertamanya di "sekolah", ia masih tetap memerlukan dukungan lebih lanjut. Jangan pernah lupa menyediakan waktu untuk mendengarkan segala cerita anak tentang pengalamannya di "sekolah". Beri perhatian terhadap hasil karyanya yang ia bawa pulang dari "sekolah". Dengan demikian, hari-hari "sekolah" menjadi saat-saat yang menyenangkan bagi anak.
Dedeh Kurniasih/nakita
KOMENTAR